Rabu, 24 Januari 2018

garis waktu


sebelumnya, aku tak pernah mengerti bagaimana garis waktu mengubah hidupku. buku Fiersa Besari bisa membawaku kepada perasaanku yang lebih dalam, hanya saja Bung Fier lebih cerdas menyampaikannya.
pada satu tulisan di bukunya, ia menulis "karena sekuat apapun hati menyangkal sesuatu yang dikatakan oleh hati, sekuat itu pula hati kita berusaha untuk mendesak"
benar adanya, garis waktu pada bukunya telah membawaku tenggelam dalam lamunanku sendiri. aku sadar betapa hatiku tak bisa lagi untuk bilang aku tak rindu, aku tak cinta, aku bisa, padahal kenyataannya hatiku sendiri menyangkal itu. aku seperti menbohongi diriku sendiri. tapi aku mulai bisa memahami diriku. aku enggan membohongi diriku untuk kesekian kali.
saat ini aku lebih memilih untuk diam daripada mengungkapkan. karena nyatanya, hati yang tepat akan selalu tahu bagaimana keadaan pecintanya. aku tak pernah merasa bodoh dalam penantian, sungguh. karena menanti memang ditujukan untuk orang-orang yang kuat. dan aku merasa mampu melakukan itu. tak satu dua menanyakan hal serupa padaku, bagaimana aku begitu tenang dan kuat dalam penantian. mereka hanya tidak tahu kebohongan yang ingin ku ucapkan. aku hanya ingin jujur pada diriku sendiri. aku ingin mencintai diriku sendiri.
ku katakan pada penanya, bahwa penantian itu memang ditujukan untuk orang kuat. hatiku berkata demikian, dan aku yakin atas pilihan hatiku. meski kadang waktu memaksa untuk memberontak tapi nyatanya hati hanya lelah menahannya sendirian. kini ku katakan cukup pada kebohongan, resiko pecinta memang begitu berada dalam sebuah ketidak pastian.
biarkan aku menikmati garis waktuku sedikit lagi, agar kau tahu ada hati yang bersedia menuliskan nama dan ceritamu dalam garis waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar