Rabu, 17 Januari 2018

dulu..

dulu, dia adalah orang yang paling setia menunggui kabarmu di setiap hari. tapi kau tak juga perduli bahwa ia sungguh hawatir. dengan alasan "butuh waktu sendiri" atau lainnya kau abaikan dia begitu saja. padahal dia adalah orang yang begitu siap menunggumu bahkan siap menerima amarahmu meski tak tau apa-apa. dia bersedia begitu agar kau lega dan bahagia. dia menangis dibalik marahmu, tapi suara parau dan sesak isaknya sepandai mungkin ia sembunyikan dalam telepon.setelah kau bahagia, dengan sendirinya ia tersenyum dan memaafkanmu tanpa kau pinta.
hari semakin berlalu, namun kau tak pernah juga berubah. kau masih saja mengulang hal yang sama, diam, dan enggan bercerita. pedihnya, kau lebih memilih bercerita dengan teman wanitamu dibandingkan dia. lalu kau fikir dia siapa, telah bersedia begitu saja tapi kau abaikan juga? iya.. dia patah untuk kedua kalinya.. ia mencoba untuk tak perduli lagi padamu, karena ia tau akan patah lagi. tapi kau semakin bahagia dengan hidupmu, dan tak perduli pada sesaknya..
semakin hari, kau mulai sadar tak ada lagi yang menanyakan harimu bagaimana, tak ada lagi yang setia menungguimu di malam2nya, tak ada lagi yang gemar mengoceh ini dan itu karena kenakalanmu. hingga akhirnya kau mulai mencarinya. kau mulai merindukan keberadaannya. kau mulai mencari tahu segala sisi hidupnya. dan parahnya, kau tahu dia satu-satunya yang bersedia ADA.
tapi hari itu, dia telah bahagia. dia telah menghapus semua isaknya karenamu. bukan karena ada lelaki lain. karena dia memilih untuk sendiri. ia memilih tak perduli lagi. ia memilih menjalani hidup seperti sebelum ia mencintaimu dulu.kau tau bagaimana perasaannya sekarang? pedih seperti yang kau rasakan saat ini.
hebatnya ia rela memaafkanmu seperti biasanya, bahkan sebelum kau memintanya. ia masih bisa tersenyum untuk melegakan perasaan bersalahmu meski membendung bulir air matanya. ia sungguh menyayangimu, tapi kau tak jadikan ia penghunimu sesungguhnya. ia sungguh perduli, tapi kau memilih pergi.
beberapa hari setelahnya, kau semakin merindukan kehadirannya. kau mulai sadar sesungguhnya dipeluknya adalah tempat ternyaman, suaranya adalah obat penenang, dan dirinya adalah penyempurna harimu. kau kembali mengingat bagaimana dulu kau begitu mencintainya, bagaimana kau bahagia hanya dengan melihatnya, bagaimana kau senang saat senyumnya mengembang karena gombalan payahmu..
sepi ini seolah menyadarkanmu, bagaimana kebisuan ini kau nikmati lagi seperti dulu saat ia belum hadir ke hidupmu. kau mulai sadar bahwa dengannya kau mulai menjadi manusia, kau bisa rasa betapa bahagia melakukan hal sederhana bersamanya. kau mulai bisa merasakan betapa senja di atap rumah jadi seindah ini bila kau merindukannya. kau mulai bisa mencium aroma hujan saat ia hadir hanya dalam kenangan yang terbayang. kau benar-benar jadi manusia saat ini.
ia menyadarkanmu, bahwa ia adalah motivasi terbesar dalam hidupmu. karenanya kau punya semangat dan cita-cita, karenanya kau sadar bahwa ada hati yang harus kau jaga, karenanya kau sadar ada hati yang pantas kau beri bahagia. tapi, seketika kau sadar bagaimana perlakuanmu padanya dulu. hingga akhirnya ia memilih sendiri dan tak mengganggu kau menikmati hidupmu lagi.
kini, kau mulai terbiasa.. menikmati rindu yang ia sisakan dalam setiap harinya dulu, menikmati cinta yang mulai terbiasa lekat dalam harimu, dan menikmati pilu yang kau berikan padanya waktu itu. rasa kemanusaanmu memang telah hilang setelah dia pergi, karena senja saja rasanya hambar dan hujan itu menyebalkan. tak ada tempat bererita dan pulang seperti dulu kala. tapi kau sadar diri bahwa kini ia yang tak mau kau ganggu hidupnya seperti kau waktu itu.

9/8/17
dsw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar