Saat hati bergemuruh, kau tahu tempatku melampiaskannya selain sajadah? Yap LOTENG!
Di loteng ini aku sering menyendiri meuliskan serta meluapkan seluruh isi hatiku. Paling hanya berdiam diri untuk sekedar menikmati hembusan angin, atau melihat keatas puncak gunung yang menjulang dihadapanku.
"kangen bapak....." hati kecilku berbicara.
Satu tahun ini aku jarang bertemu bapak, karena bapak bekerja. Bapak memang sudah tidak tinggal satu rumah denganku dan ibu. "konflik rumah tangga" kata ibu saat ku tanya lebih detai.
Bapak dan ibu memang tidak pernah bertengkar di hadapan aku dan kedua adikku. Didepan kami mereka terlihat harmonis, namun di luar itu semua mereka sudah lama perang dingin.
Rasanya aku tak sanggup untuk mengingat semua kenangan pahit itu lagi. Kenangan yang membuat hidupku berubah 360 derajat.
Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Anak perempuan adalah anak yang paling dekat dengan bapak. Bahkan kata orang-orang yang melihatku ataupun adikku hanya aku yang mirip dengan bapak.
Masih terkenang dalam memoriku kenangan indah bersama bapak. Dahulu sewaktu aku kecil sebelum bapak berangkat bekerja, bapak selalu menggendongku di pundaknya. "gori... gori... gori(semacam gorengan)..." katanya. Aku selalu tertawa bahagia saat bapak menggendongku dipundaknya.
Dan setelah bapak pulang bekerja aku lari secepat mungkin ke depan pintu untuk memeluknya dan berkata "bapakkkkk... Bapak baru pulang yah? Bapak bawa oleh2 ngga?"
Bapak langsung menggendongku dan, "ini.." kata bapak. yap! Boneka beruang berbaju merah.
"bapak ini kok ada puterannya? Ini gimana mainnya?"
"ini diputer gini ndok, biar bunyi. Nanti kalo udah bunyi kepalanya geleng-geleng deh." kata bapak memberitahu.
Sepanjang malam aku memainkan boneka itu. Kuputar kuncinya berkali-kali. Kupeluk hingga aku tertidur pulas sambil meminum sebotol susu coklat hangat yang tentunya buatan bapak. Saat pagi tiba dan ku bangun dari tidurku bapak sudah pergi bekerja.
Terkadang aku sering diajak bapak ke tempat kerjanya. Namun bapak sangat prepare akan kebutuhanku. Bapak selalu membawa popok selimut di tasnya, minyak kayu putih, susu, dan guling kecil kesayanganku. Disela kerjanya aku sering mengumpat dan tertidur di kolong mejanya. Atau mengikutinya kemanapun ia pergi.
Bapak dan ibu sangat menyayangiku. Namun masa kecilku cenderung lebih dekat ke bapak. Aku masih ingat saat bapak dan ibu ingin pergi bekerja, pasti mereka selalu mengajakku keliling komplek, menggandeng tanganku bapak di kanan dan ibu di kiri. Saat ada polisi tidur mereka berdua mengangkat tanganku secara bersamaan sehingga kakiku tak menyentuh polisi tidur. Aku tau saat itu aku tertawa bahagia.
Aku sering bermain di lapangan bertanah merah bersama bapak dan ibu. Bahkan terkadang aku hanya bermain dengan bapak. Bermain tanah merah kering, berlarian bersama bapak, atau meronce bunga yang tumbuh di liar dilapangan untuk dijadikan mahkota dikepalaku.
Hampir setiap bulan bapak pasti membelikanku mainan. Entah boneka, mobil mainan, kereta api baterai, bahkan sepeda kecil beroda dua.
Dulu sewaktu aku TK, pagi buta teman satu komplek seumurku berangkat sekolah menggunakan motor. Saat itu bapak sedang libur namun bapak mengantarku kesekolah dengan sepeda ontelnya. Saat itu aku duduk di belakang berpegang erat pada bapak. Aku berangkat ke sekolah melewati kebun dan sawah.
Tiba-tiba pagi itu hujan. Bapak dan aku berbasah-basahan dan roda sepeda bapak tergelincir. Alhasil aku jatuh bersama bapak, saat itu aku menangis karena baju sekolahku kotor dan basah kuyup.
"dedek jangan nangis. Kita berangkat sekolah ya? Gapapa bajunya basah nanti juga kering. Soalnya dikit lagi sampe sekolah." kata bapak sembari membersihkan bajuku yang kotor.
Karena semangat dari bapak, aku pun sekolah dengan baju basah dan kotor. Dan sepulang sekolah bapak menjemputku dengan membawa jaketku. Dan bapak segera membawaku pulang dan memandikanku agar tidak masuk angin. Bapak membuatkanku segelas susu coklat kesukaanku dan akupun tertidur.
Saat aku beranjak ke sekolah dasar bapak sudah tidak bekerja, karena memutuskan untuk mengurusku dan adikku dirumah. Bapak selalu menyiapkan seluruh keperluan sekolahku. Entah buku, sepatu hingga pensil dan penghapus.
Saat sd aku masih sering tidur sembari memeluk bapak, sering ku tatap wajahnya saat tidur. Guratan-guratan itu jelas memberi arti bahwa ia lelah seharian ini.
Saat aku beranjak smp, bapak mulai mendidikku menjadi anak yang mandiri. Membebaskanku berpendapat namun tetap dalam pengawasannya. Ia sering bilang
"kamu udah gede, hati-hati sama anak laki-laki. Sekolah yang bener.jangan pacaran dulu!" atau
"kamu dari mana? Kok jam segini baru pulang. Biasanya nggak pulang jam segini." atau
"jangan main dulu, bapak mau pergi. Jaga rumah, anak perawan itu bebenah jangan main mulu."
Bapak juga sering mengantarku kesekolah, jika hari hujan tak jarang pula bapak menjemputku di gerbang dengan jas hujannya.
Saat idul fitri tiba, aku sering memasak ketupat dan opor ayam bersama bapak. Meski laki-laki bapak adalah koki terhebatku. Dari ialah aku belajar memasak masakan yang sekarang kini bisa ku nikmati. Namun seenak apapun masakan orang lain, tetap masakan bapak yang palik enak.
Saat aku beranjak smk, bapak masih sempat mengantarku mendaftar sekolah. Dari mengisi formulir hingga administrasi bapak tetap menemaniku. Saat awal masuk sekolah aku dilarang membawa motor. Dan selama itu juga bapak sering mengantar jemputku, saat panas maupun hujan. Aku sempat berlibur hampir 10 hari di kampung halaman bapak, di Jogja. Disana aku membeli lurik yang sama dengan bapak.
"pak, beli lurik yuk samaan. Nanti pas semester dua bapak anter aku kesekolah pake motor bapak, pake lurik juga samaan. Ya?"
"iya boleh," kata bapak mengiyakan saja. Dan benar saja aku pergi ke sekolah bersama bapak menggunakan lurik yang sama. Yang aku tau aku menyayangi bapak lebih dari apapun.
Namun saat hari wisuda kelulusanku bapak tidak hadir. Aku tau ibu dan bapak sudah tidak ingin bertemu. Namun saat itu aku iri dengan anak perempuan lain yang mengenakan toga dan memegang ijazah berfoto bersama ayahnya. Sungguh, satu hal yang aku ingin saat itu adalah bapak melihatku di wisuda!
"pak, aku hari ini wisuda loh. Aku lulus, nilai ujian aku 32,00. Aku pengen foto sama bapak kaya yang lain, aku pengen bapak liat aku diwisuda."
"alhamdulillah kalo kamu lulus. maaf ya mbak, bapak ga bisa liat kamu diwisuda. Bapak hari ini kerja di Bekasi. Bapak tidak bisa izin."
"ngga apa-apa kok pak, yang penting bapak tau kalo aku diwisuda."
Meski aku tau tak ada kata "sayang" yang terucap dari mulut bapak. Tapi aku tau ia sangat menyayangi anak-anaknya lebih dari apapun. Setidaknya aku tau, meski banyak di luar sana laki-laki yang menyayangiku; bapaklah orang yang menyayangiku lebih dari apapun. Meski banyak laki-laki diluar sana yang bisa ku peluk dan kucium; tapi hanya memeluk bapak yang paling membuatku merasa nyaman. Meski banyak koki internasional di restaurant megah di luar sana; namun hanya masakan bapak yang menurutku paling enak sedunia. Meski banyak laki-laki diluar sana yang melindungiku; tapi hanya didekat bapaklah aku merasa aman. Walau banyak laki-laki disana yang menyakitiku; setidaknya hanya bapak yang selalu menjaga hatiku.
"Bapak, aku harap aku bisa ketemu bapak. Bisa peluk bapak lagi kaya dulu. Aku mau di bikinin susu coklat lagi kaya dulu. Aku mau bapak anterin aku sekolah lagi. Aku kangen masakan bapak.
Aku kangen sama bapak....."
Doakan bapak mu supaya selalu sehat2 selalu.
BalasHapus