Sabtu, 30 Agustus 2014

Satnight

Jam di smartphoneku menunjukkan pukul 18.06. Malam ini aku kendarai motorku keluar gerbang asrama. Memutuskan untuk berjalan-jalan dikota sembari membeli sebungkus roti bakar coklat strawberry.

Bensinku kali ini telah berada di garis merah dan aku memutuskan untuk mengendarai motorku menuju spbu yang jauh dari asrama.

Malam ini dingin, maklum aku jarang keluar malam di daerah sini karena gerbang asrama ditutup pukul 19.30.

Malam ini aku hanya ingin menikmati suasana lain yang biasa ku nikmati. Kali ini bukan sinar mentari yang menyambutku. Namun sinar dari lampu-lampu jalanan.

Yap! Malam ini lebih ramai dari biasanya. Maklum di daerah Dieng sedang ada festival Lampion. Ya festival yang diadakan setiap tahun. Namun aku tak bisa pergi kesana karena keterbatasan waktu yang ku punya.

Aku berjalan menyusuri jalanan kota. Banyak tempat makan angkringan di kanan atau kiri jalan menambah ramai kota malam itu. Aku lihat banyak sepasang pemuda-pemudi yang sedang asyik duduk berdua di bawah pohon besar yang dihiasi lampu kelap kelip di tengah alun-alun.

Aku melihat mereka dari kejauhan, mereka tampat sedang asyik mengobrol. Entah apa yang mereka obrolkan.

Andai kamu disini. Pasti kita akan duduk berdua dibawah pohon yang indah itu sambil mengobrol dan meminum segelas susu jahe. Kita bisa bercengkrama hingga tak terasa kita tidak hanya berdua disana. Andai kebahagiaan kecil yang kulihat ini dapat ku bagi denganmu. Mungkin aku akan memberi semuanya untukmu.

Setelah membeli bensin dan roti bakar aku memutuskan untuk kembali pulang.

Pemandangan dari atas tempatku berpijak sangatlah indah. Dari atas sini aku dapat melihat cahaya lampu kota bagai bintang yang bertaburan di langit.

"Percayakah kamu dengan adanya dimensi lain?" kataku sambil memandang langit yang berkabut.

Entah jauh atau dekat, ku tau kita masih dalam satu langit yang sama. Hanya lewat doa ku bagikan kebahagiaan kecilku ini untukmu. Semoga kamu bahagia disana bintangku~

Kamis, 28 Agustus 2014

kenal-lah alam maka kau akan lebih mengenal dirimu dan penciptamu

pagi ini kabut turun cukup tebal dan itu membuat pagi ini terasa dingin lebih dari biasanya.

setelah sholat subuh aku memutuskan untuk memasak nasi goreng untuk bekal kedua adikku sekolah. setelah mengantar mereka aku memutuskan untuk berkeliling dengan motorku di jalan protokol.

seperti hari biasa. kiri jalan selalu sesak dengan anak sekolah yang berjalan kaki menuju sekolahnya. kulihat hari ini mereka mengenakan seragam pramuka.

"cukup lah..." kataku saat melihat bensinku yang saat itu kira2 hanya satu liter.

"ikuti saja arah kakimu melangkah" itu adalah pedomanku saat itu. yap! aku berjalan terus dengan motorku, namun aku tak tau ingin kemana.

kutelusuri sepanjang jalan, dan ku lihat kanan kiriku terhampar kebun sayuran. kubis, cabai, tomat, sawi, kembang kol, bahkan brokoli.

namun pagi ini aku tidak dapat melihat gunung yang biasanya terlihat jelas di kanan dan kiriku.

ku kendarai motorku lebih jauh lagi. jalan yang kulewati memang semakin naik dan naik. aku mulai mencium aroma kayu gelondongan. benar saja di belokan itu ada sebuah pabrik kayu kecil dan di halamannya banyak sekali kayu kayu utuh berbagai macam diameter. ku hidup aroma itu dalam-dalam. aku sangat suka aroma itu. aroma yang ku ingat saat aku mencari kayu bakar di hutan bersama nenekku untuk memasak saat di jogja.

dan setelah ku lewati belokan itu ku temui sebuah pasar kecil. memang tidak seramai pasar dikota. tapi tetap banyak ibu-ibu yang berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.

karena terlalu asyik melihat keramaian pasar aku terkejut saat roda motorku tak sengaja melewati jalan yang berlubang.
"astagfirulllahh" benakku.

aku tertawa kecil, membayangkan betapa lucunya melihat wajahku sendiri saat tekejut tadi.

ku teruskan perjalananku semakin naik dan naik. di perempatan jalan ku lihat ada seorang bapak-bapak yang sedang memandikan kudanya. disini memang masih banyak orang yang meng"ojek" andong.

jalan yang kulalui sekarang lurus namun banyak polisi tidur yang berjejer di jalan. membuat aku menurunkan kecepatan motorku.  ku lihat di sisi jalan lawan arah dariku ada seorang bapak-bapak yang menggembala dua ekor kerbau besar. kerbaunya tidak hitam seperti biasa, orang sini menyebutnya "kebo bule". pasti untuk membajak sawah. maklum beberapa hari yang lalu ku lihat banyak petani yang sudah memanen padi, sekaligus ada juga yang mulai membajaknya atau menanam benih baru.

kurasa perjalananku semakin jauh. ku memutuskan untuk memutar balik arah menuju jalan pulang asrama.

jalan yang kini ku lalui telah menurun dan aku sudah mengetahui semua belokan, tanggulan, bahkan lubang di jalan yang mengejutkanku tadi.

banyak orang yang mengibaratkan kehidupan itu bagaikan sebuah perjalanan di jalan seperti yang tadi pagi kulakukan. namun kurasa menurutku itu benar.

saat kau memutuskan untuk memulai sebuah perjalanan kamu tak akan pernah tau bagaimana keadaan bahkan kejutan yang akan kamu temui dihadapanmu.

awalnya perjalanan memang akan terasa sangat sulit, masalah baru, bagaikan menanjak, berbelok, terkejut karena lubang, atau polisi tidur yang berjejer di jalam. namun kamu harus menerima resiko karena kamu telah memutuskan sebuah perjalanan.

hadapi! adalah satu kata yang harus kamu ingat.

saat kamu mengadapi itu semua memang terasa menyulitkan. namun setelah kamu berhasil melewati jalan tanjakan, belokan, atau berlubang kamu baru akan tau kejutan dan hadiah yang kau dapat setelahnya.

saat kamu mulai terbiasa dengan tanjakan, belokan, atau lubang itu kamu akan belajar untuk tidak menyerah, untuk lebih berhati-hati. hingga pada saatnya kau menemukan banyak masalah yang lebih berat kau akan lebih siap dari sebelumnya.

Allah memberikan panca indera dan akal kepada manusia untuk berfikir. dan Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu o:)

pelajaran memang tak selalu hanya kau dapat dari sekolah. mulailah mempelajari semua. belajarlah dari orang disekitarmu, atau belajarlah lebih dalam bersama alam. alam yang telah merawatmu dan memenuhi seluruh kebutuhanmu dari kau kecil hingga saat ini. alam yang terlebih dahulu belajar, dan alam taakan pelit berbagi ilmu yang dia punya untukmu. kenal-lah alam, maka kau akan mengenal dirimu dan penciptamu.

keep moving on! :)

pintuku masih tertutup

sore ini langit tidak hujan. cuacapun menjadi hangat. ditemani secangkir kopi chocochino ku pasang headset di kedua telingaku.

kali ini aku mulai terbiasa dengan kesendirianku. i enjoy by my self. iya dengan kesendirian ini aku kembali menyayangi diriku sendiri. menikmati indahnya hari bersama diriku sendiri. menikmati kebahgiaan ini bersama diriku sendiri.

"lu jangan suka sama gue, hati gue masih berantakan, biar gue rapihin dulu baru lu masuk"
"mendingan gini aja. gue masuk terus gue bantuin lu rapihin hati lu yang berantakan, gimana?"

pertemuan singkat berawal manis bagai chococino. pendekatan yang mengalun bagai musik yang ku dengar sekarang.

move on, move up.

mungkin ada hari dimana aku akan kembali membuka hati yang telah sekian lama ku tutup. akan ada hari dimana ada seseorang yang menyayangi diriku lebih dari yang lalu. dan akan ada hari dimana aku bersanding dengannya.

namun tidak untuk kali ini.waktunya belum tepat untuk membuka pintu itu sekarang. menghilangkan perasaan yang telah mengukir di hati itu tak semudah menghentikkan ibu jari dan telunjuk.

ini bukan soal dia cantik atau tampan, bukan soal dia kaya apa miskin. ini soal kenyamanan, kenyamanan saat aku bersamanya adalah yang paling aku rindukan. rasa nyaman adalah hal yang paling sulit didapatkan.

mungkin menanam benih itu mudah, namun saat benih itu tumbuh saat yang paling sulit adalah menjaganya. menjaganya dari terpaan angin dan hujan. kali ini aku belum siap menanam kembali karena benih yang waktu itu telah menjadi pohon besar telah runtuh.

tapi dengan runtuhnya pohon itu tak membuat hatiku menjadi gersang. namun itu membuat aku mengolah kembali hatiku agar saat ada benih yang tumbuh kembali dihatiku menjadi kokoh dan tidak runtuh diterpa angin dn hujan.

Rabu, 27 Agustus 2014

trust me, Allah will give you the best :)

ku rebahkan tubuhku diatas kasur yang empuk malam ini. ku tutupi badanku dengan selimut yang cukup tebal agar melindungi tubuhku dari hawa tengah malam yang dingin.

malam ini aku masih saja mengingat tentangmu. melupakanmu sungguh tidaklah mudah untukku. perkenalan kita memang tidak singkat dan kita sudah biasa menjalani apapun bersama.

yap tak ada lagi aku, kamu, ataupun kita..

aku tau ini tidak mudah, aku tau ini sulit, aku tau ini sangat sulit. yap kamu terlalu berarti dihidupku.

entah berapa cerita tentangmu lagi yang akan aku tulis. tapi aku tak perduli. ingin teriak sekeras mungkin namun aku hanya mau memilih diam, ingin menangis namun air mata ini telah habis. dan hanya ini cara meluapkan semuanya.

masih ingat kah kamu saat aku menyuruhmu untuk melupakanku saat aku memutuskan untuk pergi jauh darimu? yang membuat kamu tak perduli akan keberadaanku setelah itu?
yap aku terbiasa akan rasanya kesendirian. tanpa kabar darimu, tanpa saapaan manjamu, bahkan tanpa hadirmu. tapi perasaan ini yang tak belum bisa ku lepaskan.

aku sering terdiam sehabis sholatku. terkadang aku bercerita tentangmu kepadaNya, tentang perasaanku kepadamu.

terkadang aku masih bertanya mengapa Dia pisahkan aku denganmu saat aku telah lebih memahami keberadaanmu?
mengapa Dia telah membuat perasaanku lebih dalam kepadamu terlebih dahulu?
mengapa Dia pisahkanku denganmu saat ku yakin kamulah orang yang tepat?

aku tahu Dia mendengar dan suatu saat Dia akan menjawab cerita hatiku, menjawab beribu pertanyaan yang sering ku ajukan sehabis sholatku.

terkadang Dia akan memberi semua yang aku butuhkan, namun tidak yang ku inginkan.

saat ini aku seberusaha mungkin untuk kuat. kuat menjalani semua tanpamu. kembali berjalan sendiri bukan seiringan lagi. tapi aku tau dan yakin pilihanNya adalah yang terbaik. semoga o:)

Senin, 25 Agustus 2014

Bapak

Saat hati bergemuruh, kau tahu tempatku melampiaskannya selain sajadah? Yap LOTENG!

Di loteng ini aku sering menyendiri meuliskan serta meluapkan seluruh isi hatiku. Paling hanya berdiam diri untuk sekedar menikmati hembusan angin, atau melihat keatas puncak gunung yang menjulang dihadapanku.

"kangen bapak....." hati kecilku berbicara.

Satu tahun ini aku jarang bertemu bapak, karena bapak bekerja. Bapak memang sudah tidak tinggal satu rumah denganku dan ibu. "konflik rumah tangga" kata ibu saat ku tanya lebih detai.

Bapak dan ibu memang tidak pernah bertengkar di hadapan aku dan kedua adikku. Didepan kami mereka terlihat harmonis, namun di luar itu semua mereka sudah lama perang dingin.

Rasanya aku tak sanggup untuk mengingat semua kenangan pahit itu lagi. Kenangan yang membuat hidupku berubah 360 derajat.

Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Anak perempuan adalah anak yang paling dekat dengan bapak. Bahkan kata orang-orang yang melihatku ataupun adikku hanya aku yang mirip dengan bapak.

Masih terkenang dalam memoriku kenangan indah bersama bapak. Dahulu sewaktu aku kecil sebelum bapak berangkat bekerja, bapak selalu menggendongku di pundaknya. "gori... gori... gori(semacam gorengan)..." katanya. Aku selalu tertawa bahagia saat bapak menggendongku dipundaknya.

Dan setelah bapak pulang bekerja aku lari secepat mungkin ke depan pintu untuk memeluknya dan berkata "bapakkkkk... Bapak baru pulang yah? Bapak bawa oleh2 ngga?"

Bapak langsung menggendongku dan, "ini.." kata bapak. yap! Boneka beruang berbaju merah.
"bapak ini kok ada puterannya? Ini gimana mainnya?"
"ini diputer gini ndok, biar bunyi. Nanti kalo udah bunyi kepalanya geleng-geleng deh." kata bapak memberitahu.

Sepanjang malam aku memainkan boneka itu. Kuputar kuncinya berkali-kali. Kupeluk hingga aku tertidur pulas sambil meminum sebotol susu coklat hangat yang tentunya buatan bapak. Saat pagi tiba dan ku bangun dari tidurku bapak sudah pergi bekerja.

Terkadang aku sering diajak bapak ke tempat kerjanya. Namun bapak sangat prepare akan kebutuhanku. Bapak selalu membawa popok selimut di tasnya, minyak kayu putih, susu, dan guling kecil kesayanganku. Disela kerjanya aku sering mengumpat dan tertidur di kolong mejanya. Atau mengikutinya kemanapun ia pergi.

Bapak dan ibu sangat menyayangiku. Namun masa kecilku cenderung lebih dekat ke bapak. Aku masih ingat saat bapak dan ibu ingin pergi bekerja, pasti mereka selalu mengajakku keliling komplek, menggandeng tanganku bapak di kanan dan ibu di kiri. Saat ada polisi tidur mereka berdua mengangkat tanganku secara bersamaan sehingga kakiku tak menyentuh polisi tidur. Aku tau saat itu aku tertawa bahagia.

Aku sering bermain di lapangan bertanah merah bersama bapak dan ibu. Bahkan terkadang aku hanya bermain dengan bapak. Bermain tanah merah kering, berlarian bersama bapak, atau meronce bunga yang tumbuh di liar dilapangan untuk dijadikan mahkota dikepalaku.

Hampir setiap bulan bapak pasti membelikanku mainan. Entah boneka, mobil mainan, kereta api baterai, bahkan sepeda kecil beroda dua.

Dulu sewaktu aku TK, pagi buta teman satu komplek seumurku berangkat sekolah menggunakan motor. Saat itu bapak sedang libur namun bapak mengantarku kesekolah dengan sepeda ontelnya. Saat itu aku duduk di belakang berpegang erat pada bapak. Aku berangkat ke sekolah melewati kebun dan sawah.

Tiba-tiba pagi itu hujan. Bapak dan aku berbasah-basahan dan roda sepeda bapak tergelincir. Alhasil aku jatuh bersama bapak, saat itu aku menangis karena baju sekolahku kotor dan basah kuyup.

"dedek jangan nangis. Kita berangkat sekolah ya? Gapapa bajunya basah nanti juga kering. Soalnya dikit lagi sampe sekolah." kata bapak sembari membersihkan bajuku yang kotor.

Karena semangat dari bapak, aku pun sekolah dengan baju basah dan kotor. Dan sepulang sekolah bapak menjemputku dengan membawa jaketku. Dan bapak segera membawaku pulang dan memandikanku agar tidak masuk angin. Bapak membuatkanku segelas susu coklat kesukaanku dan akupun tertidur.

Saat aku beranjak ke sekolah dasar bapak sudah tidak bekerja, karena memutuskan untuk mengurusku dan adikku dirumah. Bapak selalu menyiapkan seluruh keperluan sekolahku. Entah buku, sepatu hingga pensil dan penghapus.

Saat sd aku masih sering tidur sembari memeluk bapak, sering ku tatap wajahnya saat tidur. Guratan-guratan itu jelas memberi arti bahwa ia lelah seharian ini.

Saat aku beranjak smp, bapak mulai mendidikku menjadi anak yang mandiri. Membebaskanku berpendapat namun tetap dalam pengawasannya. Ia sering bilang
"kamu udah gede, hati-hati sama anak laki-laki. Sekolah yang bener.jangan pacaran dulu!" atau
"kamu dari mana? Kok jam segini baru pulang. Biasanya nggak pulang jam segini." atau
"jangan main dulu, bapak mau pergi. Jaga rumah, anak perawan itu bebenah jangan main mulu."
Bapak juga sering mengantarku kesekolah, jika hari hujan tak jarang pula bapak menjemputku di gerbang dengan jas hujannya.

Saat idul fitri tiba, aku sering memasak ketupat dan opor ayam bersama bapak. Meski laki-laki bapak adalah koki terhebatku. Dari ialah aku belajar memasak masakan yang sekarang kini bisa ku nikmati. Namun seenak apapun masakan orang lain, tetap masakan bapak yang palik enak.

Saat aku beranjak smk, bapak masih sempat mengantarku mendaftar sekolah. Dari mengisi formulir hingga administrasi bapak tetap menemaniku. Saat awal masuk sekolah aku dilarang membawa motor. Dan selama itu juga bapak sering mengantar jemputku, saat panas maupun hujan. Aku sempat berlibur hampir 10 hari di kampung halaman bapak, di Jogja. Disana aku membeli lurik yang sama dengan bapak.

"pak, beli lurik yuk samaan. Nanti pas semester dua bapak anter aku kesekolah pake motor bapak, pake lurik juga samaan. Ya?"
"iya boleh," kata bapak mengiyakan saja. Dan benar saja aku pergi ke sekolah bersama bapak menggunakan lurik yang sama. Yang aku tau aku menyayangi bapak lebih dari apapun.

Namun saat hari wisuda kelulusanku bapak tidak hadir. Aku tau ibu dan bapak sudah tidak ingin bertemu. Namun saat itu aku iri dengan anak perempuan lain yang mengenakan toga dan memegang ijazah berfoto bersama ayahnya. Sungguh, satu hal yang aku ingin saat itu adalah bapak melihatku di wisuda!

"pak, aku hari ini wisuda loh. Aku lulus, nilai ujian aku 32,00. Aku pengen foto sama bapak kaya yang lain, aku pengen bapak liat aku diwisuda."
"alhamdulillah kalo kamu lulus. maaf ya mbak, bapak ga bisa liat kamu diwisuda. Bapak hari ini kerja di Bekasi. Bapak tidak bisa izin."
"ngga apa-apa kok pak, yang penting bapak tau kalo aku diwisuda."

Meski aku tau tak ada kata "sayang" yang terucap dari mulut bapak. Tapi aku tau ia sangat menyayangi anak-anaknya lebih dari apapun. Setidaknya aku tau, meski banyak di luar sana laki-laki yang menyayangiku; bapaklah orang yang menyayangiku lebih dari apapun. Meski banyak laki-laki diluar sana yang bisa ku peluk dan kucium; tapi hanya memeluk bapak yang paling membuatku merasa nyaman. Meski banyak koki internasional di restaurant megah di luar sana; namun hanya masakan bapak yang menurutku paling enak sedunia. Meski banyak laki-laki diluar sana yang melindungiku; tapi hanya didekat bapaklah aku merasa aman. Walau banyak laki-laki disana yang menyakitiku; setidaknya hanya bapak yang selalu menjaga hatiku.

"Bapak, aku harap aku bisa ketemu bapak. Bisa peluk bapak lagi kaya dulu. Aku mau di bikinin susu coklat lagi kaya dulu. Aku mau bapak anterin aku sekolah lagi. Aku kangen masakan bapak.
Aku kangen sama bapak....."

Jumat, 22 Agustus 2014

dear masa laluku

langit masih gelap saat aku turun ke mushola di lantai satu asrama untuk menjalankan sholat subuh. saat itu hanya aku dan tiga orang lainnya yang datang ke mushola untuk sholat subuh.

setelah selesai sholat subuh aku kembali ke kamarku untuk mandi. dinginnya air selalu menusuk kulitku saat aku membasuh badanku dengan shower. namun inilah nikmat yang Allah berikan untukku pagi ini.

setelah mandi, aku mulai menyiapkan sarapan untuk kedua adikku dan mengantarkannya ke sekolah. setelah aku mengenakan sweater aku langsung mengantarkan adikku ke sekolah. pagi ini cukup cerah sehingga matahari dapat menghangatkan tubuhku.

sepulangnya aku mengantarkan mereka, aku kembali kekamarku. aku berbaring sejenak di kasurku dan menutup kedua mataku dengan telapak tangan.

aku bergegas mengambil beberapa kertas hvs dan peralatan menggambar. entah pagi ini aku ingin melukis.

dengan headset yang kupasang di kedua telingaku ku berjalan menaiki anak tangga menuju lantai tertinggi di asrama.

dengan tanpa kata aku berdiri di balkon sembari menikmati hembusan angin pagi. ku lihat dari atas banyak anak sekolah yang sedang berlarian mengenakan seragam olahraga, para petani yang sedang memanen padi, dan pedagang pasar yang mondar mandir lalu lalang dijalan dengan motornya.

lantai lima asrama memang masih sepi, paling hanya beberapa kamar saja yang telah berpenghuni. dengan suasana seperti ini aku lebih bisa menikmati kesendirianku.

aku duduk dianak tangga lantas bersandar di tembok. ku lepaskan sweater yang ku kenakan dan ku gantung di tembok.

"sweater itu...." benakku.

sweater itu mengembalikan ingatanku. mengembalikan memori memori masa laluku. memori kebahagiaan serta kesedihan. namun semakin ku mencoba melupakannya memori kebahagiaan itu semakin mendominasi fikiranku.

ku tarik nafas panjang sembari menyiapkan alat gambarku. entah apa yang ingin aku lukis, bahkan menggambarpun aku tak bisa. namun keinginanku untuk melukis membuat tanganku bergerak perlahan menggurat garis-garis abstrak.

seketika musik yang sedang ku mainkan berhenti. error mungkin, fikirku. ku ambil smartphoneku dan kembali memainkan musik yang membuat aku tenang. lalu ku kunci layar smartphoneku. seketika aku melihat pantulan mataku di layar gelap smartphoneku. tatapan mata yang kosong namun penuh rahasia dibaliknya.

tatapan mata kosong dan air mata adalah hal yang pertama kali aku lukis. mewakili perasaan? ya sedikit :') ku sempurnakan gambarku dengan hidung mulut serta wajah.

memang gambarku bisa dibilang tidak bagus. namun itu sedkit mewakili perasaanku.

ingin rasanya ada seseorang yang bersedia ada disisiku saat ini. bersedia menyediakan pundaknya untuk tempatku bersandar. menajamkan pendengarannya untuk sekedar mendengarku berkeluh kesah. merelakan jari jemarinya basah hanya untuk menghapus air mataku. dan mendekap erat tubuhku hanya untuk sekedar memberiku semangat.

namun rasanya hati ini masih belum mau berpaling. masih belum mau membuka pintu. yap! hati ini masih berantakan, masih penuh dengan dekorasi kebahagiaan bersamanya.

tak terasa air mataku mulai membasahi bola mataku. namun aku melarangnya untuk jatuh, jatuh kepada hati yang hanya menganggapku sebagai angan-angan masa remajanya.

dua jam lamanya aku disana, menenangkan fikiranku. aku merapikan alat gambarku dan mengenakan sweater itu kembali untuk melindungiku dari hawa dingin.

ku langkahkan kembali kakiku menaiki tangga menuju balkon teratas asrama. yap aku berharap bukan "ingin mengakhiri hidup" yang ada di fikirkanmu sekarang.

ku hirup nafas panjang sembari memejamkan mataku. semilir angin berhembus melewati tubuhku.

"dear masa laluku...
kuakui rasa rindu yang semakin mendalam ini membuat aku semakin terpuruk. namun aku tak akan membiarkan air mataku jatuh lagi hanya untuk menangisi dirimu. dirimu yang hanya menganggap kepercayaanku pada kata-kata manismu dulu hanya sebatas angan-angan masa remajamu.
tanpaku kamu akan bebas melakukan apapun yang kamu mau dan tanpaku kamu akan lebih menikmati kebahagiaanmu. kamu tak akan perlu takut merindu karena jarak. kamu dapat mencari seseorang yang dekat denganmu agar saat kamu rindu kamu dapat bertemu. meski hatiku sakit melepasmu, namun semua ini akan membuatmu jauh lebih bahagia daripada terus bersamaku.
yang sekarang aku bisa lakukan adalah membiarkan semua rasaku padamu terhempas angin dan lapuk dimakan sang waktu. mempersiapkan diriku menjadi orang yang lebih baik lagi. jadi apabila kamu jodohku dan kita bersatu kembali aku dapat mencintaimu lebih baik lagi dari sebelumnya."

Pak Yono

keretaku tiba pukul 00.22 di stasiun prwkrto. gelap dan dinginnya malam menyambut kehadiranku. aku turun diatas lantai peron putih yang sangat bersih tak ada noda. ini pertama kalinya aku pergi ke kota ini sendirian.

saat itu aku memutuskan untuk menunggu di bangku tunggu penumpang krn perjalananku dari kota prwkrto ke wnsb akan kulanjutkan esok pagi saja berhubung ini masih larut malam.

setelah memutuskan untuk ke toilet aku kembali ke tempat dudukku yang tadi ku tempati.
ku lihat banyak sekali petugas stasiun di stasiun ini.

ku perhatikan mereka dengan seksama dari kejauhan.
kulihat mereka mengerjakan tugas mereka masing2. ada yang mengenakan seragam putih bercelana hitam dengan topi merah bulatnya dan memegang lampu berwarna hijau dan berdiri di peron kereta sembari bertegur sapa dengan masinis di kereta tsb saat kereta tiba dan meniup peluit panjang pertanda kereta boleh melanjutkan perjalanan.

namun aku sangat tertarik dengan pegawai yang saat itu memakai baju hijau bergaris merah dipundaknya, yap sepertinya mereka staff kebersihan di stasiun ini.
kulihat mereka ada sekitar 4/5 org malam itu mondar mandir sepanjang peron membawa kain pel, sikat,  serok air, sabun cuci, ember, dan selang air yang panjang.

kulihat mereka saat itu berkumpul di peron satu. mereka bertelanjang kaki entah apa yang mereka lakukan. namun semakin lama aku perhatikan ternyata mereka akan membersihkan peron.

mereka mulai mencampur detergen dengan air dalam ember dan mengguyurkannya ke peron tsb. dan mengepelnya dengan kain pel serta membersihkannya  dengan sikat.

meter demi meter aku lihat peron itu telah tersapu dengan campuran detergen dan air tsb. ada yang bertugas menyikat, mengepel, menyerok air, serta mengguyur air, namun rasa kekeluargaan tercipta diantara para petugas itu, sendau gurau dan kerja sama mereka membuat pekerjaan mereka cepat selesai.

berkali2 aku mendengar suara operator memberi informasi datangnya datangnya kereta api disertai dengan klakson dari kereta api tsb.

aku masih sendirian di bangku tunggu namun aku hanya terfokus pada para petugas di stasiun ini.
satu jam sudah ku duduk disana dan aku rasa udara malam semakin menusuk tulang belulangku, kucoba bangkit berjalan sepanjang pertokoan dalam peron dan aku memutuskan untuk duduk disatu toko untuk memesan teh hangat dan donat coklat untuk menghangatkan tubuh dan fikiranku.

aku melihat mulai banyak orang yang berlalu lalang untuk menepati jadwal keberangkatan kereta mereka dari stasiun ini. dan kereta mereka datang,
"kereta argo lawu jurusan Yogyakarta akan tiba di peron 3, harap penumpang menunggu di peron 3 dan periksa kembali barang bawaan anda" kata operator stasiun.

aku menikmati setiap detik waktuku di stasiun. melihat gerbong kereta penuh dengan muatan barang. serta gerbong kereta yang membawa tabung bensin besar dari pertamina.
sempat terfikir dalam benakku apakah ini pekerjaan yang setiap hari mereka kerjakan? saat mereka yang tengah asyik terlelap para petugas ini justru harus asyik berkutat dengan dinginnya malam di stasiun menanti kereta dan penumpang yang akan datang maupun pergi.

kulihat waktu telah pukul tiga pagi. namun aku masih enggan beranjak. aku memutuskan untuk tidak jadi mencari penginapan karena memutuskan untuk menikmati suasana stasiun pagi ini. meski dingin semakin mendera indera perasaku dan rasa kantuk membuatku ingin tertidur namun aku tetap tak gentar.

"aku harus tetap terjaga!" benakku.

tak terasa donat coklat dan teh hangat yang ku pesan tadi telah habis. namun aku masih duduk di toko itu.

"dek, dari mana mau kemana?" tanya seorang bapak disebelahku yang sebelumnya telah memesan kopi dan donat.
"saya dari jakarta mau ke wnsb pak. bapak sendiri dari mana mau kemana?" jawabku
"ohh berarti kamu udah sampe dari tadi tengah malem ya? saya juga dari jakarta tp rumah saya deket sini. saya pensiunan, seminggu sekali saya kesini."
"ohh gitu pak. iya pak, ini mau ke terminal tapi nunggu pagi dulu"
"kamu kuliah di wnsb? kamu sendirian naik kereta?" katanya bertanya lagi.
"iya pak kuliah disana. iya saya sendiri, hehe" kataku tersenyum.
"berani banget, saya juga punya anak laki-laki kuliah juga udah semester 3, tapi saya aja yang punya anak laki2 masih suka was-was kalo dia pergi kemana-mana sendiri. ini kamu berani banget sendirian." katanya bercerita.
"hehe ya gak apa-apa lah pak, mumpung masih muda masih bisa kemana2 sendiri ya sendiri aja. kasian ibu kalo saya minta anterin." kataku dengan santainya.
"hehe iya iya bener kamu cari pengalaman ya? tapi yang penting hati-hati soalnya kamu perempuan" katanya tersenyum.

rasa kantuk semakin mendera dan aku memutuskan untuk memesan segelas mocachinno dan donat strawberry untuk menghilangkan rasa kantukku.

"dek, saya Pak Yono nanti kamu kalo mau ke terminal sama saya aja ya. biar dianter bapak ini (katanya mengenalkan supir mobil langganannya) tenang aja bapak ini udah langganan saya. dia pake seragam kok, dia emang tugas disini. jadi kamu ga usah takut."

panjang lebar aku mengobrol dengan pak Yono, hingga tak terasa telah pukul setengah empat pagi. donat strawberry dan mocachinoku telah habis.

"ayo keluar lewat sini." kata pak Yono. awalnya aku menolak ajakan pak Yono untuk mengantarku ke terminal. namun pak Yono memaksa, karena pak Yono hawatir aku ke terminal bus sendirian. sungguh baik pak Yono ini.

"saya sudah mulai susah jalan, maklum sudah tua. jalan juga ngos-ngosan" kata pak Yono sembari berjalan. perawakan pak Yono memang tinggi besar seperti tentara. namun jalannya sudah agak susah, sakit katanya.

aku masuk ke dalam mobil dan duduk di depan.
"kamu duduk aja didepan, kaki saya kepanjangan duduk di depan, biar saya duduk di belakang"
pak supir mengendarai mobilnya menuju terminal. aku dan pak Yono banyak mengobrol di mobil.

setibanya di parkir mobil pribadi terminal pak Yono masih mau megantarku ke dalam terminal dan melihat langsung aku menaiki mikro bus. aku sempat menolak diantar karena aku tau pak Yono akan kesakitan bila berjalan jauh. namun beliau tetap memaksa.jalan dari tempat parkir terminal ke dalam terminal memang cukup jauh. kasihan aku dengan pak Yono melihatnya jalan sembari menahan sakit.

"bus ke wnsb yang mana mas?"
"oh ini pak"

"sini, ini busnya. saya nganter kamu sampe sini aja ya. hati-hati dijalan. kabari saya kalo sudah sampe wnsb" katanya sambil menepuk pundakku.
"Terimakasih banyak ya pak sudah mau anter saya. maaf ya pak saya ngerepotin bapak. nanti kalo sudah sampe saya kabari bapak" kataku sembari pamit dan bersalaman dengan pak Yono.
"Hati-hati nggeh ndok" katanya sambil tersenyum.

aku langsung menaiki bus yang akan membawaku sampai kota wnsb. saat aku lihat ke luar jendela pak Yono telah berlalu. beberapa menit kemudian busku berangkat menuju kota wnsb.

saat ini pak Yono masih sering menanyakan kabarku. dan ia berniat untuk menengokku ke asrama sewaktu-waktu. sampai kapanpun aku tak akan bisa membalas kebaikan pak Yono. dan yang sekarang bisa aku lakukan hanya berdoa kepada-Nya agar beliau diberikan kesehatan dan panjang umur.

meski pertemuanku dengan pak Yono hanya sesaat, namun ini menjadi sebuah pelajaran hidup.pengalamanku kali ini adalah guru yang sangat berharga. ini bukan pelajaran yang bisa aku dapat di sekolah, namun hidup yang mengajarkanku. berbuatlah kebaikan di dunia dengan ikhlas dan tulus untuk bekal di akhirat.

"pak, meski saya ga bisa bales kebaikan bapak, namun saya akan melanjutkan kebaikan bapak kepada orang lain. semoga Allah yang bales kebaikan bapak"

Pertemuan Pembuka Mata Hati

Saat adzan berkumandang aku segera bergegas mengambil air wudhu. Dinginnya air pegunungan membuat aku sedikit menggigil kedinginan, namun itu tidak mengurungkan niatku untuk sholat berjamaah.

Aku segera memakai mukena dan keluar dari kamarku menuruni anak tangga menuju ke mushola di lantai satu gedung asrama. Dan aku tiba tepat sebelum sholat maghrib dimulai.

Aku gelar sajadah tempatku bersujud. Dan sembari menunggu sholat dimulai aku bertemu dengan dua orang anak kecil yang sangat menggemaskan. Mereka hanya melirikku ingin kenal tetapi malu.

Aku coba dekati mereka dan kutanya nama mereka satu persatu. Mereka dengan malu malu menjawabnya. Yap! Lubna dan Dzifro, itu yang aku dengar dari mulut mungil mereka. Kakak beradik anak dari dosen di asramaku. Lubna sekitar umur enam tahun dan Difro sekitar umur empat tahun. Selama ini aku hanya melihat mereka berlarian mondar mandir dan bermain di asrama, namun aku baru mengetahui mereka sekarang.

Ikomat pun berkumandang tanda sholat maghrib dimulai, aku masih melihat Lubna dan Dzifro berlarian kesana kemari di dalam mushola yang cukup luas. Suara tertawa mereka menggema di dalam mushola.

Dengan logat jawa dan mulut mungilnya, Dzifro berkata kepada Umminya "Ummi aku mau sholat. Mukenahnya mana." Dan Umminya menjawab "iya tunggu Ummi ambilkan mukenahnya ya. Kak Lubna juga sholat ya." Lubna memang agak pendiam daripada Dzifro, namun mereka berdua sangat akur.

Subhanallah. Adalah kata yang aku ucapkan saat ia meminta mukenahnya untuk sholat. Dengan serius ia mengikuti Abinya mengimami sholat, meski aku tau ia belum mengerti bacaan sholat. Namun keinginannya untuk sholat adalah hal yang patut diacungi jempol.

Dengan mukenah tanpa sarung dan sajadah birunya yang tentunya sangat kecil ia sholat disamping kananku dan tepat disebelah kiri Umminya. "Allohuakbar" katanya saat takbir sholat. Terkadang ia serius, terkadang ia bertingkah ya selayaknya anak seumurannya.

Saat ruku'; ia ruku', saat sujud; ia ikut sujud, saat tahiyyat ia meluruskan jari telunjuknya, dan saat salam ia pun menglengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Benar-benar menggemaskan tingkahnya. Namun aku tetap harus husyuk menjalankan sholatku.

Selesai salam kami semua berdoa dan melantunkan asmaul husna. Dan subhanallah Lubna dan Dzifro hafal. Aku saja kalah dengan mereka. Selesai sholat aku bercanda dengan Lubna dan Dzifro, senyum dan canda tawa mereka membuat aku bahagia sekaligus kagum.

Awal perkenalanku dengan dua anak shalihah ini membuat aku berfikir, mereka yang belum mengerti apa-apa telah mau menjalankan sholat meski sesuai dengan kemampuan mereka. Namun aku yang telah belajar sholat sedari kecil terkadang masih suka melalaikan sholat. YaAllah ampunilah aku....

Aku bersyukur telah dipertemukan dengan dua anak shalihah ini, mereka telah membuka mata hatiku dengan kesucian dan kepolosan mereka. Semoga kelak mereka menjadi anak yang shalihah dan pintar. InsyaAllah :)

Kamis, 21 Agustus 2014

Iya Kamu!

Hei kamu! Iya kamu.

Kamu tau gak aku itu kangen banget deh sama kamu. Semalem itu aku mimpi ketemu kamu. Aku tau kamu bukan siapa-siapa aku lagi. Tapi anehnya aku masih tetep jaga sayang aku buat kamu.

Kamu.. aku salah gak sih kalo aku suka cemburu sama orang lain disekitar kamu yang bisa bikin kamu senyum? Iya soalnya aku tau aku gak bisa kaya gitu sama kamu. Bahkan buat denger suara ketawa kamu aja ga bisa.

Maafin aku ya kalo selama ini aku cuma jadi beban buat kamu. Meski aku sedih harus ninggalin kamu. Tapi aku percaya kamu bakal bahagia karena kamu gaakan kesel, marah atau BT lagi sama aku. Jadi kamu bisa selalu senyum :')

Melihat kamu orang yang paling aku sayang tersenyum meski bukan karena aku itu menjadi suatu kebahagiaan tersendiri buat aku. Tandanya doa aku selama ini supaya kamu bahagia didengar oleh-Nya.

Terimakasih ya udah bikin aku bahagia. Kamu pernah pesen sama aku kalo aku gak boleh cengeng, tapi aku gagal saat aku tau aku akan kehilangan kamu. Kamu adalah orang yang paling berarti di hidup aku jadi wajar kalo aku nangis saat harus kehilangan kamu lagi.

Tapi meskipun kamu bukan siapa-siapa aku lagi, aku siap kok dengerin keluh kesah kamu. Aku akan jadi penyemangat kamu saat terpuruk. Aku gaakan pergi jauh dari kamu kok. Karena aku tau, hati aku selalu butuh kamu meski kamu ngga perduli sama aku.

Kalo kamu butuh aku, kamu boleh mampir kok keruangan yang dulu pernah kamu tempatin di hati aku. Aku akan menjamu kamu dengan kasih sayang dan perhatian. Kamu boleh menghangatkan jiwa kamu di sofa dekat perapian tempat kita bermanja dulu. Aku akan sediakan pundak untuk kamu bersandar dan cerita sampai kamu tertidur lelap. Tapi sebelum kamu tidur kamu harus janji sama aku saat nanti kamu bangun kamu gak boleh sedih lagi, karena aku paling gak suka liat kamu sedih lagi, Ok? Aku cuma mau kamu bahagia! (ilysm:'))

Reno & Biian Part I


Aku mulai mengikat tali sepatuku dan bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah aku bertemu dengan sahabatku Windi,
“eh Biian, udah dateng lo?”
“udah lah Win, kalo belom mah dari tadi gue gak disini.”
“oiyaya,”

Aku duduk di tempat seperti biasa di bangku sebelah kanan berisan kedua dari sebelah kiri. Sejenak ku buka buku yang akan ku pelajari nanti. Lima menit berlalu, ku tolehkan kepalaku ke barisan keempat, tepatnya di tempat duduk nomer tiga.
“kenapa Bian, ko dari tadi kaya orang kebingungan?” Tanya putri, temanku.
“eh, eh, ngga.”

Orang yang duduk di bangku nomer tiga dibarisan keempat adalah Reno. Ya, Reno adalah seseorang yang aku sukai, tidak putih melainkan hitam manis, tidak terlalu tinggi melainkan bisa dibilang aku sebatas telinganya, tidak pendiam melainkan humoris, tidak pelit melainkan royal, tidak biasa saja melainkan istimewa. Ya ia sangat special bagiku tetapi rasa suka itu hanya dapat aku pendam dalam hati saja. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui tentang itu termasuk sahabatku Putri dan Windi.

Kubaca kembali buku yang sedang ku baca semenjak tadi. Berkali-kali ku tolehkan kepalaku ke tempat duduk Reno, semenjak tadi aku tidak melihat kehadiran Reno. Tanyaku dalam hati.

Aku kembali ke mejaku dan mengobrol dengan Windi, Putri, dan temanku yang lain. Dan mereka membahas satu bahasan, yaitu “cowok”. Setelah sekian lama aku mendengar perbincangan mereka, Putri mulai bertanya kepadaku
“Bii, kira-kira cowok yang sekarang lo sukain siapa?”
“emmm, gak ada.”
“bohong….”
“bener ko, Put.”
“Oh, yasudahlah.”

Aku mencoba menyembunyikan semua rasaku kepada Reno. Jujur, baru kali ini aku merasakan menyukai dan menyayangi seseorang yang begitu berbeda dimataku seperti Reno. Mungkin inilah cinta yang pertama kali aku rasakan. Tapi sayangnya hal itu malah justru bertepuk sebelah tangan, karena Reno juga tidak mengetahui bahwa aku menyukainya. Mungkin disisi ini aku harus memahami arti dari kesabaran.

“Teeeeeeetttttt .. teeeeet.. teeeeet ..”
Bel masuk kelaspun berbunyi, dan akhirnya aku mulai melihat sosok seorang Reno yang semenjak tadi tidak aku lihat kehadirannya.
Aku duduk sebangku bersama Windi, dan dikelas aku hampir setiap saat melirik bahkan melihat Reno. Waw! Gumamku dalam hati saat melihat sosok seorang Reno yang begitu aku sukai. Hampir setiap saat kelas selalu berisik karena Reno. Berisik, bercanda, dan membuat satu kelas tertawa terbahak-bahak itu semua adalah pekerjaan Reno sehari-hari. Hal itu yang sungguh aku sukai dari Reno.
“anak-anak, hari ini ibu mengadakan ulangan yang ibu janjikan kemarin.”
“yaaaaaaaaaahhhh, ngga bisa diundur lagi bu ulangannya” sahut Dino.
“tidak Dino..”

Beberapa menitpun berlalu, dan tiba-tiba terdengar suara handphone. Ternyata itu bunyi teepon guruku. Dan guruku segera keluar kelas untuk menerima telpon. Mulailah seorang Reno beraksi.
“psst.. psst.. Dino Dino .. nomer 7 ampe 9 dong.”
“Lo mao nyontek apa ngerampok, No? nih A, D, C.”

Setelah itu aku melihat sosok Reno berjalan menuju bangku kosong yang ada dibelakangku. Setelah itu ternyata dia menyontek jawabanku secara diam-diam.
“Reno! Lo ngapain? Lo nyontek jawaban gue ya?!” gretakku tegas
“Stttttt!! Bii, diem dong. Gua bingung nih. Lo tau sendiri gue gimana. Kasih tau dong.”
“apaan sih lo Ren, nggak nggak!!”

Karena perkelahian itu, iba-tiba guruku datang dan memarahi aku dan Reno.
“Bian! Reno! Ngapain kamu berdua. Berisik dan mengganggu konsentrasi teman kalian yang sedang mengerjakan ulangan.” Omel guruku.
“ini inih Bu, Reno nyontek jawaban saya.”
“benar itu Reno?”
“ngg.. ngga Bu. Bii, lo diem dong!” Reno berbisik padaku
“Bian, Reno karena kamu berdua telah berisik dan mengganggu teman yang lain, sekarang kalian berdua keluar dan tidak boleh mengikuti ulangan pelajaran Ibu.”
“Bu, tapi ini semua kan salah Rrr…”
“sudah cukup, Ibu tidak mau mendengar alasan dan penjelasan kalian berdua.

Akhirnya aku keluar bersama Reno. Meskipun aku menyukai Reno, tapi aku cukup kesal atas perlakuan Ibu Ratih dan Reno. Aku mulai memasang tampang bosan dan kesal.
“Bii, maafin gue ya, gara –gara gue lo jadi gak boleh ikut ulangan lagi.” Kata Reno merasa bersalah
“udah, Ren. Namanya juga musibah, nggak apa-apa kali.” Kataku sabar
“maafin gue ya. Emm gimana sebagai permintaan maaf gue, lo gue traktir makan istirahat ini. Tapi berdua aja, Mau nggak? Mau yaaa, pliiss?”
“engga usah Ren. Ngerepotin.”
“pliss Bii, mau yaa.”
“yaudah liat nanti aja.”
“siplah, makasi ya.”
“iya.”

Hah! Apah! Ini serius? Yakin? Masa sih? Apa, aku diajak makan siang bareng bersama Reno orang yang aku suka? Sungguh aku tidak pernah menyangka bahwa akn jadi seperti ini. Aku sangat senang sekali, rasanya ingin terbang tinggi. Huuuufhht.

Waktu istirahatpun tiba,
“Bii, gimana sih lo, ko lo bisa- bisanya disuruh keluar sama Bu Ratih.” Kata Windi ikut kesal
“itutuh gara-gara si Reno. Ngeselin banget Win,”
“wahh, perlu gue kasih pelajaran tuh cowok! Masa gara-gara dia, sahabat gue jadi kaya gini sih! Ihh!”
“eits! Eits! Eits! Win, Win, Win tunggu dulu. Dia itu tadi udah minta maaf sama gue. Dan sebagai permintaan maaf dia gue itu diajak dan ditraktir makan siang hari ini. Tapi gue gak tau mau apa nggak,”
“hah! Apa Bii? Lo ditraktir makan sama Reno? Waahh kesempatan bagus ni. Hahaha.” Kata Putri kaget.
“ya tapi kan gue gak tau mau apa nggak Put,”
“ih, lo mau aja Bii, sekalian nanti kita ikut.”
“nah Dari itu Put, Win. Gue bingung. Soalnya dia ngajak gue makan berdua aja. Gue nggak mau ah,”
“apa Bii? Berdua? Gila lo si Reno maunya berdua aja.” Sahut Windi sewot
“udah lah Win, Put gue gak mau. Biar nanti gue bilang sama Reno”
“yaudah Bii, itu semua sih terserah lo. Kan lo yang diajak makan. Kita sih ngga apa-apa gak diajak. Kan itu juga sebagai permintaan maaf Reno sama lo. Iya gak Put,” kata Puti meng-iyakan.

Setelah berdebat cukup lama ahirnya aku memutuskan untuk tidak menuruti ajakan Reno. Meski agak sedikit merasa takut mengecewakan Reno, tapi aku yakin Reno pasti tidak akan marah padaku.

Setelah bel selesai istirahat berbunyi, Reno menghampiriku, jantungku berdegup ccepat dan ia bertanya
“Bii, knapa tadi lo gak dateng? Lo gak suka gua traktir makan? Apa lo gak mau maafin gue?”
Sejenak aku diam dan menjawab
“sorry ya Ren, bukannya gitu. Tapi gue gak enak kalo makan cuma berdua sama lo, udah gitu privasi banget. Gue risih, Ren. Maafin gue ya?”
“iya gapapa Bii, tapi kapan kapan lo mau kan makan bareng berdua sama gue?”
“nanti ya Ren kalo ada waktu.”

Sembari menjawab akupun langsung berjalan menuju tempat duduku. Yah, memang agak mengecewakan. Tapi ya tak apa apa lah, Reno juga pasti paham.

Bel pulang sekolah berbunyi, dan kebetulan hari ini aku harus ke toko buku karena ada tugas yang akan aku kerjakan dibuku tersebut.

Dear My LDR


Hei kamu.. iya kamu..
Kamu tau gak, dulu kamu yang pertama kali bikin aku suka sama kamu, dan aku jadi suka sama kamu. sampe sekarang aja aku lupa kapan terakhir kali aku suka sama cowok selain kamu. iya, soalnya aku sukanya Cuma sama kamu, jadi biarpun kamu ga suka sama aku aku tetep suka sama kamu, lagi, lagi, dan berulang terus sampe aku jadi sayang sama kamu.
Nah,aku itu bisa sayang sama kamu karena aku itu nyaman sama kamu. kamu itu orangnya kocak, rame, meskipun galak. Pas aku sayang sama kamu; kamu nembak aku, dan aku jadi pacar kamu. saat itu yang aku tau aku Cuma sayang sama kamu aja. Waktu ngejaga rasa sayang aku ke kamu itu aku nemuin banyak problem, dari hal keci sampe besar. Tapi aku suka kamu karena kamu dewasa dan paham sama sifat aku yang kata kamu ke kanak-kanakan, dan kamu selalu bantu memecahkan banyak problem itu sampe akhirnya aku cinta sama kamu.
waktu aku cinta sama kamu, aku dihadapin sama prolem yang lebih besar lagi. Aku harus sekolah di luar kota karena permintaan ibu, tapi aku tetep gamau jauh dari kamu. yang aku tau saat itu aku sayang kamu dan juga sayang sama ibu. Setiap hari kamu setia denger cerita aku; sampe pada saatnya aku ngelambai-in tangan dari mobil sambil nangis karena harus pisah sama kamu. saat itu aku liat wajah kamu sedih, padahal aku tau kamu gak pernah sesedih itu. Mati-matian aku jaga senyum itu selama ini, tapi kali ini aku gagal jaga senyum itu.
hal yang aku takutin kejadian juga, apa aku harus LDR sama kamu, sedangkan setiap hari kita udah biasa sama-sama. Ketawa bareng, kemana-mana bareng, sekolah bareng, bahkan alesan ngerjain tugas bareng padahal Cuma kangen pengen ketemu.
Seminggu jauh dari kamu, aku ngerasa ada hal yang hilang. Yap, kebahagiaan! Aku tetap ngerasa bahagia punya kamu, tapi aku ga bisa lagi nemuin kebahagiian itu kaya dulu aku disana ketemu sama kamu. kamu udah ngga serame dulu dan seperduli dulu. rasa kangen mau liat kamu ngiris-ngiris hati aku. Sampe pada saatnya kamu ngga perduli sama aku dan ngejauhin aku; dan aku tau itu artinya kamu mau putus. Aku coba deketin kamu dengan cara sederhana, tapi kamu jutek sama aku ;’) yaudah aku Cuma bisa tau keadaan kamu lewat pesan status yang kamu update di bbm, facebook, atau twitter. Aku sedih, tau kalo kamu ngejauhin aku karena aku jauh sama kamu. tapi meski aku ngga bisa sedeket dulu sama kamu, aku bersyukur Tuhan masih denger doa aku agar meski aku gak bisa lihat kamu tapi kamu masih baik-baik aja:’)
Aku tau kamu marah sama aku, tapi aku bisa apa. Aku sayang sama ibu, tapi aku juga sayang sama kamu, dan aku gak mau kehilangan kepercayaan dan rasa sayang dari ibu ataupun kamu.
Minggu kedua aku jauh dari kamu dan tanpa kamu aku ngerasa semakin sedih, wajar, kamu itu kebahagiaan aku. Cuma kamu yang bisa bikin aku nyaman selama ini. tapi aku sadar jarak jadi penghalang aku buat ketemu sama kamu setiap hari kaya dulu lagi.
Dan masuk minggu ketiga jauh dari kamu dan tapa kamu, aku update pesan status di bbmku soal urusan sekolah, dan kamu bbm aku. aku bales bbm kamu dengan sewajarnya. Ya aku tau kamu bukan siapa2 aku lagi, tapi kamu tau gak aku tuh seneng bisa deket sama kamu lagi meski Cuma lewat pesan bbm. disitu kamu bilang kamu masih sayang sama aku, dan aku coba memaafkan kamu.
Dan ahirnya aku pulang ke rumah karena alesan sekolah. Waktu aku turun di pool bis pagi-pagi buta kamu rela jemput aku meski sebelumnya aku mau naik angkot. Aku seneeeng banget bisa ketemu kamu lagi dan lihat senyum itu masih sama kaya dulu sebelum aku pergi. Waktu itu aku pulang naik motor kamu, dijalan kamu tanya aku capek atau ngga, udah makan atau belum. Dan sepanjang jalan aku gak terlalu banyak cerita, kamu pegang tangan aku dan kamu lingkarin di pinggang kamu dan aku peluk kamu dan bersandar di pundak kamu.
Kali ini rindu yang mengiris-iris hati aku terobati karena kamu ada di hadapan aku. Kamu tau dong, itu pasti kamu J Selama aku disana kamu selalu ada buat aku. Setiap malam kamu pasti selalu kerumah, entah itu Cuma beli makan atau sekedar ngobrol. Dan kamu adalah kamu yang aku kenal dulu, bukan kamu yang waktu itu. Kamu tau nggak? Kalo aku Cuma berdua sama kamu, aku ngerasa nyaman banget kaya dulu. Dan hal ini yang aku mau saat aku jauh disana rasa nyaman, bukan rasa asing.
Kamu masih inget kan, saat itu aku aku sempet silaturahmi sama mamah dan papah kamu? hal itu yang masih aku inget sampe sekarang. Bahagia ya ada di keluarga kamu. tapi kamu inget ga waktu itu kamu bilang kalo keluarga itu gak aan lengkap tanpa kehadiran aku?
Hei kamu.. iya kamu. waktu aku mau balik lagi ke asrama itu aku sempet nangis kan? Iya aku ga kuat kalo harus jauh lagi dari kamu. aku ga kuat kalo harus ngerasain kamu jutek lagi sama aku. Yang terpenting aku gak mau kehilangan kamu lagi.. tapi kamu semangatin aku, dan itu yang membuat aku kuat hingga saat ini.
Waktu aku pulang ke asrama, kamu anter aku sampe stasiun kereta. Kamu kasih aku sweater yang dulu pernah kamu pake waktu pertama kali aku suka sama kamu. setelah itu dengan iringan doa kamu aku berjalan sedirian lagi. Sweater itu yang menghangatkan badan aku saat aku kedinginan dan sendirian. Dengan sweater itu aku ngerasa kamu ada di deket aku atau disamping aku lagi senyum kaya waktu aku berdua sama kamu.
Dear My LDR ..
Beberapa hari setelah di asrama kamu berubah menjadi orang yang bukan aku kenal lagi. Dan itu cukup aku yang rasain. Aku udah cukup bikin senyum manis di bibir kamu luntur, dan aku gamau itu terjadi lagi. Kalau alasan jarak adalah penghalang utama kamu dan aku berpisah, yang aku bisa lakuin sekarang Cuma berdoa yang terbaik buat kamu. semoga aja kamu ketemu sama orang yang lebih dari aku, yang bisa kamu temuin kalo lagi kangen, atau kamu ajak jalan-jalan malem sekedar beli makanan.
Sejauh apapun raga aku, aku akan tetep sayang kamu seperti dulu meskipun nanti kamu akan bertemu dengan seseorang yang pastinya lebih baik dari pada aku. Kamu udah punya ruang tersendiri di hati aku yang udah aku susun rapih dari dulu dan ruangan itu selalu aku hiasi dengan doa-doa sampai detik ini. walaupun ruangan itu sering kamu berantakin berkali-kali tapi selama aku masih bernafas; aku masih tetap sanggup ngerapihin ruangan itu buat kamu. iya Cuma buat kamu. meskipun nanti kamu ga akan menetap lagi diruang itu tapi ruang itu ada, tetep ada di hati aku. Dan setidaknya dengan doa doa yang aku hiasin di ruangan itu Tuhan tau kalo aku orang yang selalu tulus sayang sama kamu.

Latepost 11/08/2014


Aku terjaga dari pukul 00.22 pagi hingga saat ini. dinginnya angin malam dikota ini seakan menusuk tulang belulangku. Namun sweater ini menghangatkanku seraya pelukan hangat tubuhmu, membuatku tertidur lelap semalam tadi seolah kamu sedang mendekapku. Saat ini pagi mulai menjelang. Segar dan dinginnya angin pagi membuat aku teringat lagi saat hari itu kamu datang memberiku rasa nyaman dan aman. Dan kamu telah membuatku kuat hingga saat ini. membuatku tetap merasa bahwa kamulah orang yang selalu ada disampingku meski jarak raga kita terpisah jauh. Aku telah memohon kepada-Nya agar malaikat-malaikat meneman tidurmu dan memberimu mmpi yang indah, Semoga nanti kamu terbangun dengan rasa bahagia.
“Dear God the only think I ask of you is to hold him when I’m not around when I’m much too far away :’)” (Dear God-Avenged Sevenvold)

Latepost


Gelapnya malam dan dinginnya angin pegunungan kota W membuat aku terbangun. Entah apa yang sedang aku fikirkan. Hmm, kebiasaan lama mungkin; terbangun ditengah malam karena handphone berdering panggilan masuk darimu. Namun sekarang? Tanpa deringan handphone aku tetap terbangun.

Yap! Memang aneh rasanya merasakan sesuatu hal yang enjadi kebiasaan kita hilang begitu saja. Terkadang aku mencoba mencari kesibukan lain agar lupa dengan kebiasaan itu, namun terkadang aku sangat merindukan hal yang sudah menjadi kebiasaan itu.

Sesuatu kebiasaan akan selalu dirindukan saat seseorang yang biasa membuat kita melakukan kebiasaan itu sudah tak dismping kita lagi. Berat rasanya melepas kebiasaan kecil yang sepele namun sangat berarti saat tak lagi dilakukan. Apalagi melepas seseorang yang telah biasa menyempurnakan hari-harimu, meski waktu telah lama berlalu kamu tak akan pernah bisa melupakannya. Kelak suatu saat hal yang membosankan akan kau rindukan juga.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Memori Kecil


Dia duduk disampingku hampir satu jam. Saat itu rambut panjangku ku ikat, dari rapi hingga mulai berantakan. Dia menatapku dan mengelus kepalaku dengan lembut sembari tersenyum. 'sini aku rapihin, anak rambutnya berantakan.' aku diam dan hanya menatapnya. Aku terus menatap matanya hingga hampir tanpa berkedip. Aku merasa luluh melihat tatap matanya yang mulai lelah karena kantuk. Aku rasakan tangannya menyingkap rambut ditelingaku dan merapikannya.

setelah selesai menyingkap rambutku ia hanya tersenyum dan tangannya mendarat dipipiku, lalu ku genggam tangannya yang dingin terhempas angin malam. ia menatapku dalam dan bertanya 'kamu kok gitu sih mukanya?'. 'kamu capek ya mas?' kataku. 'nggak kok aku cuma ngantuk aja.' jawabnya. 'tapi badan kamu panas loh mas' kataku hawatir. 'aku engga apa-apa pesekk!' ia tersenyum sembari mencubit hidungku.

beberapa menitpun berlalu dan kami masih asyik mengobrol sembari bertaruh games "flappybird". 'mas pulang ya? udah malem soalnya.'. 'iya mas..' jawabku. 'sini..' katanya sambil mengulurkan kedua tangannya. ku genggam tangannya dan kami saling bertatap hingga pelukan mempersatukan kami. ia mencium keningku sambil berkata 'aku sayang sama kamu, kamu mau jadi istriku ya?'. aku mengangguk 'aku juga sayang sama kamu mas, aku harap kamu yang bisa jadi imam aku nanti.'

ia tersenyum dan ia pamit kepada orang tuaku, aku mencium tagannya dan menunggunya didepan rumah hingga iapun berlalu dari hadapanku.


Teruntuk : Para Sahabat-sahabatku..


Teruntuk :
Para Sahabat-sahabatku..
S
uatu kebanggaan bagi saya dapat bertemu kalian, menjalani detik demi detik, waktu demi waktu hingga tiga tahun lamanya merasakan pahit dan manis bersama kalian para sahabat-sahabatku..
Kebanggaan bagi saya menikmati setiap detik-detik berarti dikelas yang hingga kini masih terlihat jelas bentuknya, masih terasa aromanya, masih terasa keramaiannya, masih terasa sensasi kebahagiaan dan kesedihannya bersama kalian para sahabat-sahabatku..
Masih terdengar jelas suara-suara canda tawa kalian yang selalu menemani setiap hari saya, masih terasa sangat jelas kehangatan suasana kekeluargaan bersama kalian, memakan sebungkus nasi bekal dari mama sembari meunggu jam pulang hingga bosan dan tertidur dikelas bersama kalian para sahabat-sahabatku..
Suatu kebahagiaan bagi saya melihat kalian berlari kegirangan dengan wajah senang, mata berbinar, dan sembari berkata ‘GUE LULUS!!!’, lega rasanya perjuangan selama tiga tahun lamanya terbalas sudah.. Tapi, dari situlah semua hal baru akan dimuai. Akankah saya dapatkan kebahagiaan dan rasa kekeluargaan seperti saat saya bersama kalian para sahabat-sahabatku? Akankah saya temui orang-orang seperti kalian para sahabat-sahabatku?
Sahabat-sahabatku, suatu kebahagiaan bagi saya jika kelak saya bertemu kalian dan melihat kalian telah menjadi orang sukses.. Saya, merasa sangat bahagia dapat mengenal kalian dan dapat menjadi keluarga dan bagian dari kalian para sahabat-sahabatku…
Saya Bahagia.. Terimakasih atas segalanya..
SELAMAT MERAIH KESUKSESAN J

Mereka adalah teman dan keluarga gue sendiri



Sekarang gue lagi asik mainin notebook sambil flashback kenangan gue waktu SMK. Gue gak tau ada hal yang bikin gue kangen sama hal itu, padahal kalo difikir-fikir gue sama temen gue itu gak begitu deket. Gak terlalu sering main bareng, jarang ngobrol, tapi entah temen gue bisa bikin gue bahagia karena setiap saat dikelas itu isinya ketawa terus.
Gue masih inget waktu gue pertama kali masuk di kelas XIITKJ1. Gue Cuma bisa ngobrol sama dua temen perempuan gue yang saat itu kebetulan banget tetangga satu RT, sisanya ya gua Cuma celingak-celinguk soalnya waktu itu dikelas gue itu perempuannya Cuma ada lima orang, sedangkan yang lain batangan semua! dan gue apes kebagian duduk sendiri didepan pula. Ah gua benci banget!
Hari pertama kita Cuma suruh perkenalkan diri satu-satu didepan kelas, yaa saat itu gua masih gak kenal satu persatu juga. Dan beruntungnya waktu itu ada beberapa orang yang masuk ke kelas gue, dan salah satunya itu si perempuan! Aseliii gua ga pake ngeri lagi duduk sendirian. Hahaha. Saat itu yang paling gue takutin adalah LDKN. LDKN itu masa pelatihan/ most buat masuk sekolah gitu, Cuma ini berbasis militer. Dan gue benci banget sama seniornya, atau gue sih biasanya nyebut instruktur.
Awal gue ngerasain LDKN itu enak-enak aja, eh pas udah seminggu gilaaa semua berubah drastis! Instruktur udah pada gak punya rasa tega. Disaat anak-anak SMA/SMK lain udah pada pake seragam putih abu-abu gue masih pake seragam SMP! Dan saat seminggu itu gue ganti seragam training hitam strip putih dipaha kiri dan kaos ala tentara warna merah sama warna hitam.
Gue ngejalanin LDKN hampir 3 bulan, dan di tiga bulan itu gu ngerasa BATIN! Ditiga bulan itu gue ngerasain gimana rasanya berdiri dilapangan tengah hari bolong, gemblok pasir 5kg didalam ransel ditambah barang bawaan lain, push up, sit up, jongkok diri, lari, ngeroll, bahkan paku bumi! harus serba cepet, serba ga boleh lelet, serba disiplin, serba tepat waktu! Gimana rasanya diomelin instruktur, dibentak-bentak, dihukum, dicaci maki, dan gue sempet ngerasain yang namanya ngunyah antawali sama bawang putih! Kebayang gak tuh rasanya?
Minggu-minggu terakhir gue LDKN semua udah serba selow. Saat itu kelas gue terkenal sebagai kelas TKJ yang paling susah diatur dari angkatan, gue sempet bingung kenapa dari dulu gua selalu masuk kelas yang notabandnya anak yang bisa dibilang bangor-bangor. Dan dari sekolah ngadain lomba PBB, dengan dibimbing sama instruktur akhirnya gue sama temen sekelas gue latihan setiap hari. Dan saat itu gue sempet nggak yakin karena yaa namanya rata-rata ngga basic paskibra ehhh.. masa disuruh PBB alhasil kacau balau. Tapi pada saat perlombaan ternyata nggak disangka kelas gue menang juara 2! Haha itulah awal pertama kebanggaan gua sam temen sekelas gue
Finish LDKN itu ditiga hari terakhir, selama tiga hari itu gue camping di korps militer. Demi sebuah seragam berpangkat dan barret gue rela kayak gitu. Makan masak sendiri, makan dicampur tanah dan rumput kering, makan dicampur air balsam, minum harus tunggu truk air dateng, dan ngambil airnya itu mesti pake perjuangan! Demi seember air gue harus pushup, paku bumi, abis itu lari! Gue gak mandi tiga hari, dan minum air mentah, bahkan angkatan gue ada yang minum air cucian piring karena saking hausya. Semua itu kenangan pahit!
Finish camping, gue dapet barret yang selama 3 bulan gue perjuangin, dan itulah akhir LDKN dan waktu upacara hari senin, gue dan temen satu angkatan gue resmi dilantik jadi Tearuna/i SMK NS. Pada waktu itu gue bangga banget pake seragam putih-putih, pake evolet, dan topi putih. Itu adalah saat dimana gua pertama kali ngerasa terhormat memakai seragam yang gue perjuangkan selama ini. haaaahh.. lega banget rasanya.
Banyak banget hikmah yang gue dapet ditiga bulan itu. Dari situ gue tau rasanya arti solidaritas, terutama sama temen sekelas gue. kita semua harus saling nyemangatin, harus saling mendukung sampe finish LDKN. Gue tau rasnya saat dalam satu angkatan ada satu orang yang disuruh push up, pasti gue dan semua angkatan gue ikut push-up. Sakit bareng sembuh bareng.
Ditiga bulan itu fisik gue berubah, badan jadi tegap, jadi ngga klemar-klemer, lebih strong, jarang sakit, yaa meskipun waktu pelantikan gue malu kulit gue berubah jadi hitam, tapi kita semua sama jadi gue gak malu sendirian. kepribadian gue dirubah jadi lebih tegas, gue dididik jadi pemimpin meskipun gue perempuan. Gue ngerasain banget ternyata dunia ini sempit, dan semuanya itu harus diperjuangin.
Selama tiga bulan pertama gue sekolah disana gue ngerasain dan ngalamin banyak pengalaman, ada dimana gue merasa bahagia ikut LDKN dan pasti ada saaat juga diman gue ngerasa batin. Tapi semua itu adalah pengalaman yang bisa gue certain ke temen-temen gue, kea de gue, atau bahkan ke orang tua gue sendiri.
Dan sekarang tiga tahun udah berlalu, hal LDKN adalah cerita kecil yang masih bisa gue dan temen-temen gue ketawain. Gue ngerasa bahwa temen satu kelas gue bagaikan keluarga gue sendiri, karena hampir 8 jam setiap hari gue rasain sama mereka. Dari awal paginya semangat sampe lesu karena udah sore. Sedih rasanya kalau gue harus kehilangan mereka satu persatu. Dan yang lebih sedih kalo gue ceritain semua kebahagiaan dan kesedihan gue tentang mereka. Mereka adalah teman dan keluarga gue sendiri..
--o-o-o--