Kali ini aku tak ingin menyalahkan jarak. Karena jarak bukanlah penyebab utama aku tak bisa tersenyum dan tertawa bersama mereka. Aku merasa bahwa ini yang terbaik, mereka tak harus mengorbanakan kebahagiaan mereka hanya untuk seseorang seperti "AKU".
Aku juga tak akan menyalahkan waktu. Karena memang sudah kodratnya waktu terus bergulir, bukan?
Jika kamu jadi aku, mungkin kau akan menyalahkan keadaan. Awalnya juga aku begitu. Namun apa gunanya menyalahkan keadaan. Lucu jika aku menyalahkan keadaan.
Kamu? Ah maaf aku tak menyalahkanmu jika harus merasakan seperti aku.
Apa? Aku? Menyalahkan diriku? Hehehe tidak. Aku tidak menyalahkan siapapun kali ini.
Dulu, aku berfikiran seperti anak kecil yang hanya menyalahkan keadaan dan diriku sendiri. Namun seiring waktu bergilir, ia memberikan aku banyak pelajaran.
Mungkin sudah berkali2 aku tak bisa bahagia bersama mereka, walaupun aku bisa dan tau caranya untuk berbahagia bersama mereka, namun aku memiliki tanggung jawab yang cukup besar yang jika difir hanya hal sepele. Namun bagiku tidak. Tanggung jawab tetaplah tanggung jawab. Dan aku bahagia menjalankan tanggung jawabku dengan baik.
Terkadang, dalam hidup kita harus mengorbankan hal yang membuat kita bahgia hanya untuk menjaga apa yang paling penting untuk kita jaga. Semua terasa sakit sekali, namun aku yakin Allah tak akan membuat kita sakit terus menerus. Adakalanya Allah memberi kita bahagia, karena Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
Akhirnya...Hidup itu selalu begitu.... penuh pengorbanan. Harus ada yang mati untuk tetap ada yang hidup. Kalau semua ini kodrat sang pencipta, kau bisa apa? Tetap sabar dan syukur yaa..😊😉
Jumat, 03 Juli 2015
Hidup itu selalu begitu..
Selasa, 30 Juni 2015
Bunga pertama sejak september ku tanam
Dulu dia hanya sebuah batang hijau tanpa akar apalagi daun
Saat serabut2 akarnya mulai menjamah tanah
Saat itu pula ia mulai memunculkan kuncup2 daunnya
Sempat beberapa kali pot itu jatuh tertiup angin hingga daun dan separuh batangnya menghitam
Tak kusangka ia tak menyerah
Ia kembali memunculkan kuncup daunnya lagi
Hingga pada akhirnya muncullah kuncup bunga pertamanya
Dan mekar diawal bulan Ramadhan
Harumnya mawar itu sesemerbak harum sang Ramadhan yang telah lama kunantikan
Hanya do'a dan permohonan yang kupanjatkan padamu YaAllah
Agar Ramadhanmu ini membawa kebahagiaan dan keharuman bagi seluruh umat muslim
Amiin
#ramadhanberkah
Sabtu, 16 Mei 2015
Pertama kali..
Saya masih mengagumi tempat ini. Yang membuat kaki saya sakit dan paru-paru saya terasa menciut karena lelah mendaki. Saya selalu bertanya "mas, ini kapan nyampenya? Ko jauh banget ya?" Dan beliau menjawab "5 menit lagi..." dan begitu seterusnya. Berkali2 saya dan teman saya terjatuh dan bangun karena track pendakian licin terguyur hujan. Entah karena memang saya mendaki sebagai pemula atau memang pendaki profesional-pun juga pernah jatuh bangun. Namun semua hal terbayar saat mulai setengah puncak, lampu2 dari dataran bumi sungguh begitu indah memukau mata. Tak sedetikpun aku berhenti bersyukur. Tubuhku serasa tak kuat lagi mendaki namun hatiku berbisik "aku tetap harus berjalan". Dan lelah semakin menyeruak tubuhku. Angin kencang dan berkali2 kabut turun mengurangi jarak pandang yang diterangi hanya menggunakan senter kecil. Dan... "kita udah sampe nih, nanti diriin tenda disana aja". "Hah? Udah sampe mas?" Tanya salah satu temanku, dan kami hanya terawa kecil. Tak sanggup kami berfikir bahwa kami dapat sampai puncak. Malam itu tebda didirikan, ditemani api unggun kecil, segelas kopi panas dan mie instant yang menemani obrolan hangat kita dimalam itu. Tak terasa bintang dan bulan begitu dekat dengan saya. Saya amat bahagia memandang gemerlapnya bulan bersanding dengan ribuan bintang dimalam hari tanpa penghalang apapun. saya serasa dekat dengan sang pencipta.
Saya mencoba untuk tidur, namun saya tidak dapat tidur pulas, saya menggigil kedinginan meski telah menggunakan jaket tebal dan selimut. Tubuh saya bergetar seolah tak dapat lagi menahan dinginnya malam itu. Saya memutuskan untuk begadang duduk dekat perapian hanya untuk sedikit menghangatkan saya. Kedua teman saya yang menemani saya sudah masuk kedalam tenda karena api unggun sudah perlahan mati.
"Mega sama Ai kemana? Kamu mau ikut saya ga, tadi saya kesana sama mas Dani. Bagus banget, mega merahnya udah mulai keliatan" saya begitu bersemangat untuk ketempat yang lebih tinggi dari tempat saya berkemah. Tanpa terasa adzan subuh menggema begitu kencang diatas sini, keindahan indra perasa di tubuh ini bergetar termasuk hati saya. Namun kabut turun begitu tebal disertai badai dan angin kencang. Kami hanya berdoa dalam tenda semoga tidak terjadi hal buruk.
"Yah, ga ketemu sunrise ya, badai gini." Kami hanya tersenyum dalam tenda, meski sedih tapi saya hanya dapat berkata pada mereka "tenang, badai pasti berlalu.." dan badaipun benar berlalu. saya melihat matahari terang pukul tujuh pagi. Saya dan teman saya langsung bergegas keluar tenda berlari dengan liarnya tanpa mengenakan sepatu yang tentu sudah basah karena terkena badai. Saya melihat raut wajah teman saya begitu bahagia. Dan saya terpaku dengan gunung tinggi menjulang dengan hiasan lautan awan yang tak bisa saya ungkapkan betapa indahnya. "Tuhan... inikah ciptaanmu? Saya amat beruntung menjadi hambamu! Kau berikan saya keindahan yang membuat hati saya bergetar. Rasa lelah saya terbayar dengan ini semua!" Teriak saya dalam hati.
Banyak pelajaran yang dapat saya ambil, tak hanya dunia namun pencerahan ruhani. Saat kita mendambakan puncak mustahil kita raih tanpa mendakinya, tetaplah tertunduk dan rendah hati seperti ketika kamu mendaki, tak selalu memandang ke atas namun kau hanya berfokus untuk memperhatikan langkahmu agar tak terjatuh. Dan saat kau terjatuh dan itu pula disaat kau harus bangkit dan tetap melangkah. Saat fisik menyerah, maka teguhkanlah hati, karena hati yang akan menuntun dan menguatkan ragamu menuju puncak. Dan saat kau telah sampai puncak, ingatlah bahwa tak akan bisa berdiri diatas sini tanpa campur tangan sang pencipta. Kau harus tetap bersujud memenuhi panggilan suara adzan untuk bersyukur. Dan lukisan sang pencipta memang tak ada bandingannya. Yang saya tau kini saya jatuh cinta dengan hal ini, mendaki gunung dan menikmati keindahan alam sang Tuhan.
Hi boys... jika kamu suka dengan perempuan ber-high heels, apa daya saya hanya perempuan ber-carrier.
Prau mountain. Kamu memberikan saya banyak pelajaran. Terimakasih. Love you ALWAYS❤😊
Rabu, 18 Februari 2015
Cinta itu adil, namun adil itu tak mesti sama.
Gaakan ada yang lebih baik dari kamu. Semua tentang kamu adalah hal terbaik yang pernah aku punya. Kesempurnaan itu relatif, tergantung bagaimana kita menilai kesempurnaan itu. Dan kamu, sempurna dimataku. Mungkin skrg kamu bertanya-tanya mengapa aku diam dan cenderung ketus beberapa hari ini. Jawabannya hanyalah kamu telah merusak kesempurnaan yang kamu punya itu dimataku.
Kamu tau, aku lelah memasang senyum terindah selama ini dihadapan kamu, padahal kenyaataannya itu cuma topeng. Aku sering bertanya, berapa lama lagi aku harus memakai topeng itu? Disatu sisi kamu tersenyum bahagia saat aku memakai topeng itu, dan disisi yang lain aku begitu terluka...
Sudah berapa banyak kata "aku gak akan balik lagi", "gak akan ganggu kamu lagi" atau "kamu cari yang terbaik aja" yang sudah aku jilat kembali. Namun saat berjalan beberapa lama, aku harus kembali memakai topeng itu. Semua itu sakit, namun aku rela karena aku lebih menyayangi perasaanku kepadamu.
Andai kamu mengerti betapa besar aku berharap padamu, namun kamu sendiri yang telah menodai "aku" dimatamu dengan perkataan kotor. Bisakah kamu sedikit menghargai aku dan segala usahaku? Ingat, aku tau kamu sedang berjuang untukku. Maka biarkan aku berjuang pula untukmu. Aku mengalah dan diam hanya untuk membuatmu bahagia, hingga orang bilang bahwa aku ini "wanita Tolol yang mau berkorban perasaan hanya untuk laki-laki egois seperti kamu!"
Pernahkah kamu sadari, ada wanita yang mengorbankan kesabarannya hanya untuk mengerti laki-laki egois seperti kamu, namun kamu buat kesabarannya berubah menjadi kebencian karena ulahmu sendiri. Dan sekarang dengan rasa perih yang luar biasa ia mengacuhkanmu, padahal kamu tau ia sangat perduli denganmu. Dengan rasa sakit yang teramat sangat ia MELEPASMU, padahal kamu tau ia tak ingin lepas darimu. Ia pergi bukan karena ingin mencari yang lebih sempurna dari kamu, ia pergi karena ia yakin ada laki-laki diluar sana yang mampu menghargai dirinya bukan membuang-buang air matanya. Ia juga yakin bahwa ada wanita diluar sana yang mampu menghargai kamu lebih dari dirinya. Kamu fikir ini tidak adil? Cinta itu adil, namun adil itu tak mesti sama.
Minggu, 11 Januari 2015
Sepatu
Ngomongin soal sepatu, ahh.. pasti lo semua udah pada tau! Dari sepatu merk abal-abal sampe yang paling mahal. Tapi kali ini gue gamau bahas soal sepatu benerannya. Tapi gue mau bahas sedikit soal pepatah "cinta itu kayak milih sepatu. Semua orang butuh sepatu, tapi gak semuanya pas!" ajib banget kan yee tu pepatah? :D
Ya, kenyataannya emang gitu sih. Pada dasarnya semua orang butuh cinta. dicintai dan mencintai merupakan kodrat manusia. Tapi coba lo perhatiin apa perbedaan dari pepatah itu?
Perhatiin orang-orang yang sama-sama cinta sama sepatu mereka. Sebut aja si Ayang sama Bela.
Kalo si Ayang, sebegitu gampangnya beli sepatu. beberapa hari dipake, ngeliat model baru yang lebih bagus, abis itu si Ayang beli yang baru deh. Dan kalo udah beli yang baru lupa sama yang lama.
Beda cerita sama si Bela, yang beli sepatu satu, dipake sampe ga layak pakai baru beli lagi.
Nah kalo diibaratkan si 'sepatu' adalah 'cinta' lalu gimana si Ayang dan Bela bisa kayak gitu?
Bro, Sist, cinta itu gak segampang si Ayang beli sepatu. Cinta itu bukan masalah fisik. Makannya si Ayang kalo udah liat sepatu model baru langsung mau beli aja, alias kalo liat ada cowok yang lebih ganteng, tajir, atau apa lah; si Ayang langsung ganti pacar. Itu namanya si Ayang bukan Cinta sama Sepatu, alias cinta sama Cintanya. tapi dia itu HOBI koleksi Sepatu, alias koleksi Cinta! Makannya si Ayang gaakan pernah puas koleksi sepatunya.
Kalo si Bela, dia cenderung simple. Dia cuma menuntut kenyamanan aja saat dia pakai sepatunya. Alias dia cuma menuntut kenyamanan saat dia sama Cintanya. Meskipun koleksi yang mungkin dia punya gak sebanyak punya Ayang, namun si Bela cuma cinta sama SATU sepatunya. Ya..karena menurut dia cuma sepatu itu yang bikin dia comfort dan enjoy. Makannya si Bela pake sepatu itu di awet-awet, sampe gak layak pakai baru beli lagi.
Wahai bro, dan sist.
Jadikanlah cintamu itu layaknya sepatu si Bela. Di sayang-sayang dijaga sampe nanti si sepatu udah ga layak pakai lagi. Dan jangan pernah kaya si Ayang yang punya sepatu cuma buat koleksi aja! Jadikan cinta itu bukan suatu kebutuhan, nanti yang ada jadi konsumtif. Hahaha :D
Dan akhirnya. Semua orang butuh sepatu tapi gak semuanya pas. Semua orang butuh disayang/menyayangi, tapi gak semuanya cocok. Jadi mulai sekarang. Kalo punya sepatu di awet-awet yaa :D
Kamis, 08 Januari 2015
Dandelion
Hari itu, aku melihat rumput kecil tumbuh dipinggir jalan. Setiap hari rumput itu semakin tumbuh besar. Dan saat aku kembali melewati jalan itu, aku lihat rumput itu mempunyai kuncup-kuncup bunga yang hampir mekar. Dan selang waktu berjalan kuncup-kuncup bunga itupun mekar menjadi bunga-bunga kecil berkelopak kuning.
Bunga-bunga itupun mekar dan semakin mekar dan tentunya bunga itu sangat cantik. Namun apa yang terjadi saat semakin hari kulihat kelopak kuning bunga itu beguguran satu demi satu?
Dan akhirnya kelopak terakhirnyapun gugur. Tiada lagi kelopak bunga kuning itu. Yang ada hanyalah kuncup-kuncup berwarna coklat. Tak indah walau ku pandang dengan seksama.
Hari itu kulihat kuncup cokelat itu mengembang menjadi gumpalam putih seperti kapas. Lebih cantik dari sebatang kuncup cokelat gersang. Dan ini adalah biji-biji dari bunga kuning yang telah gugur. Kupetik bunga ini dan, Rapuh...sangatlah rapuh, tergoncang sedikit saja biji-biji ini telah jatuh. Kutiup perlahan biji-biji kecil ini dan wussshh... Merekapun terbang seraya dengan hembusan angin.
Lihatlah dirimu. Kau tumbuh dan berkembang bagaikan menjadi bunga berkelopak kuning yang cantik. Kau amat kuat namun kenyataannya semakin lama kau kuat, kau semakin sedih dan menggugurkan keceriaanmu hingga kau menjadi kuncup-kuncup cokelat yang tak lagi cantik.
Namun lihatlah kembali pada hatimu. Pantaskah kau bersedih. Lihatlah banyak orang sekitar yang memperhatikanmu saat kau menjadi bunga berkelopak kuning kau cantik dan menebar kebahagiaan. Namun apa yang terjadi jika kau bersedih? Mereka akan turut bersedih, karena hanya kaulah yang membuat mereka bahagia.
Tersenyumlah, perlihatkanlah kepada seluruh dunia bahwa kau telah kembali dari keterpurukanmu. Mengembanglah layaknya seperti dulu kau membuat kebahagiaan. Dan kau luar biasa mengembang dalam kerapuhanmu.
Kali ini, lepaskanlah semua. Bebaskanlah semua kebahagiaanmu keseluruh penjuru dunia biarkan ia tumbuh dan berkembang pada tanah yang tepat hingga menjadikanmu bunga yang cantik.
Kenyataannya, meskipun kita tumbuh dihati/tanah yang tepat namun belum tentu hati tersebut membuat kita mekar selama-lamanya. Ada kalanya juga kita merasakan sakit, layu,dan rapuh hingga kita menjadi diam layaknya mati. Namun diam ini bukanlah diam yang semata-mata enggan untuk berbunga kembali. Namun diam ini merupakan waktu yang tepat untuk bertransformasi merubah diri dan terbang mencari hingga saatnya nanti bibit itu akan tumbuh kembali di hati/tanah yang benar-benar tepat hingga pohon itu mati.
suatu saat kau akan menemukan tempat yang tepat. Terbanglah dandelion...
Rabu, 07 Januari 2015
Pak..
Pak.. Taukah engkau aku merindukanmu? Meskipun bagaimanapun sikapmu tapi engkau tetaplah ayahku. Pak.. Aku merindukan raut wajahmu. Raut wajah yang menenangkan aku meski kutau saat ini kau mulai renta. Pak.. Meskipun aku tidak pernah mengatakan ini padamu, nyatanya aku sangat bangga memiliki ayah sepertimu. Aku sangat bahagia menatap raut wajahmu saat kau menjemputku didepan gerbang sekolah.
Pak.. Kau tau? Semenjak kau pergi banyak laki-laki yang mendekatiku hanya untuk menyakitiku, tak seperti dulu kau melindungiku dari depan sekarang kau hanya melindungiku dari jauh bahkan terkadang tak bisa melindungiku sama sekali. Pak.. Kau tau betapa rindunya aku padamu? Betapa aku sangat ingin bertemu denganmu? Namun nyatanya aku tak sanggup meraihmu, pak.
Sangat pilu hati ini bila kau hanya membicarakan perasaanmu tanpa kau pahami perasaanku, Pak.
Pak.. Aku hanya ingin bertemu denganmu hanya sebagai ayah dengan anak perempuannya bukan sebagai perantara atas dunia luar. Aku ingin berbicara denganmu layaknya ayah dan anak bukan seperti engkau dengan orang lain. Aku hanya ingin bicara dari hati ke hati layaknya ayah dan anak, bukan untuk memulai sebuah pertengkaran.
Pak.. Kau tau? Meskipun seperih apapun luka dihati tapi kau tetap ayahku..
Kamis, 01 Januari 2015
26 Desember 2014
tak puitis seperti sang penulis lainnya. karena aku hanyalah aku, sang penulis yang tak tau caranya menulis.
sore hari yang teduh di purwokerto. cahaya jingga sang mentari membuat hati serasa damai. kali ini aku duduk terdiam di sudut ruang tamu kostan yang aku sebut rumah dalam waktu satu minggu ini. disini aku mengingat kembali bagaimnana rasanya berada dirumahku sebenarnya meskipun ingatan itu hanya sebatas semburat-semburatan yang mulai aku lupakan.
rumah, hanyalah bangunan yang terdiri dari dinding, pintu dan jendela. lalu mengapa aku merindukan rumah?
yang paling bermakna dalam rumah bukan hanya dinding, pintu dan jendela. namun kenyamanan didalam rumah yang aku rindukan. berkumpul bersama orang tua dan dua adik makan bersama didepan televisi merupakam hal yang sungguh luarbiasa.
dinding, pintu serta jendela merupakan saksi bisu akan kebahagiaan2 yang berada dalam rumah. dan kali ini aku merindukan rumah, ini bukan soal bangunannya tapi soal kenyamanan didalam rumah. mungkinkah aku kembali kerumah itu bersama orang2 yang amat aku cintai? aku harap aku bisa..
Sweater Biru
kali ini aku menjelmakan diriku menjadi sebuah sweater biru. sweater biru yang sering kau gunakan kemanapun kau pergi. sweater biru yang selalu melindungi dirimu dari dinginnya udara luar. melindungimu dari teriknya mentari.
saat dingin menyergap kau biarkan aku mendekap tubuhmu, namun saat kau berada dalam dekapannya kau tak lagi membutuhkanku. lucu memang jika aku cemburu. karena aku hanyalah sebuah sweater, sweater biru yang kau kenakan.