jarak ini yang sungguh membuatku tak kuasa.. tak kuasa menahan rasa rindu yang menyayat hati. selebar apapun senyum ini mengembang namun sayangnya hati ini tetap tersayat. membayangkan indah parasmu, manisnya setiap senyuman dan tingkah lakumu.
apakah aku dapat bertemu denganmu wahai sang pangeran? saat waktu dan jarak yang tak memungkinkanku untuk memeluk hangat tubuhmu lagi.
setiap pagi dan sore, sinar jingga sang mentari mengingatkanku akanmu. namun apa daya, saat genggamanmu tak mampu ku raih hanya air mata ini mengalir menghiasi pipiku yang masih berbekas kecup manismu dulu.
pangeranku, jangan menangis. aku tau ini sulit. tak hanya untukmu, namun juga untukku. tetaplah tersenyum, karena aku tak ingin kehilangan senyum itu. senyuman yang membuatku masih bertahan untuk kuat disini meski apa yang kurasakan amatlah pahit.
pangeranku, andai kau baca tulisan disecarik kertas ini, dapatkah kau lihat kerutan di kertas ini? kerutan ini adalah titihan air mataku.
pangeranku, aku bukan lari, aku hanya ingin tak melibatkanmu dalam kesulitan yang aku rasa. meskipun aku tau kesulitanku tak akan berpengaruh padamu, karena aku tau kau bahagia disana. namun aku enggan menceritakan bebanku kepadamu seperti yang biasa aku lakukan, karena aku tak ingin membuatmu merasakan apa yang aku rasa.
pangeranku, maafkan aku telah membuat perasaan rindumu terus meletup tanpa terlampiaskan. andai kita dapat bertemu. akan ku dekap erat tubuhmu dan kukatakan aku amat sangat menyayangimu. namun sekarang apalah daya, sepertinya itu kemungkinan yang amat tipis.
kali ini, aku akan terus disini. terus memaniskan rasa kehidupan yang pahit, aku akan tetap berjalan meski hanya dengan bayangan senyumanmu yang pernah kulihat dulu. dan biarlah aku terus mendoakan kebahagiaanmu sang pangeranku.
aku sangat merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar