Rabu, 31 Desember 2014

HappyNewYear!

lihatlah malam dengan bulan bertabur bintang. disinilah aku berdiri, tepat dibawah langit ini. di langit 31 desember 2014 malam. tepatnya sekarang pukul 23.02 masih menunggu beberapa menit sebelum waktu berganti menjadi malam 1 Januari 2015.

dibawah langit ini aku duduk di halaman asrama bersama kakak2 dan teman2ku. membakar beberapa ratus tusuk sate serta tak luput sop ayamnya juga. kali ini memang rasanya berbeda melewati malam tahun baru bersama orang lain bukan dengan keluarga. apalagi aku sekarang sedang berada dikampung orang bukan di kampung halamanku sendiri.

aku menulis cerita ini sembari membantu kak deby memasak sop, atau sekedar mencuci piring dan mengambil alat masak. apa saja yang bisa aku lakukan untuk membantu ya, ku lakukan.

kulihat lagi bulan di langit wonosobo yang kini mulai tertutup awan. redup, sepi, serta sepoy2 angin malam pegunungan membuat badanku tak luput dari rasa dingin. namun kebersamaan ini aku dapatkan bersama mereka. bercengkrama sambil membakar sate atau sekedar berlarian saat kepulan asap pembakaran sate pedih mengenai mata.

kau tau betapa rindunya aku dengan suasana rumah? suasana yang kini semakin sulit untuk ku raih dan kurasakan. suasana yang kali ini tergantikan dengan orang lain bukan dengan leluarga sendiri.

kau tahu betapa sulitnya aku menahan rasa rindu dan amarah sekaligus? kau tau betapa sulitnya aku bertahan kuat disini meski tanpa bisa kutatap wajah ibu dan ayahku yang tetap menenangkan hati meski sudah mulai renta? kau tau betapa beratnya aku menjalani ini semua tanpa punya tempat untuk kembali, kembali kepelukan ibu dan ayahku dalam hangatnya rumah?

semua terasa berat. namun aku sadar hal ini tak seberat perjuangan mereka untuk membesarkan dan menjadikanku wanita yang (kelak menurut mereka) hebat.

waktu menunjukkan pukul 23.55, lima menit lagi pukul 00.00. sate dan sop telah siap dihidangkan dan kami makan bersama diteras rumah inap dosen. sangat sederhana, namun ini membahagiakan. ini melegakan rasa rinduku kepada keluargaku.

sepiring nasi dengan sate dan sop ayam kini telah berada ditanganku. menyantap masakan sendiri dibawah bintang dan bulan bersama kakak2 dan teman2 itu rasanya membahagiakan. melihat mereka makan, mengingatkan aku bahwa mereka adalah keluarga kecilku disini. mereka sama denganku jauh dari rumah bahkan terpisah pulau. namun raut wajah mereka memberikan arti pentig bahwa perjuangan itu sungguh luar biasa.

bisa kubayangkan saat mereka rindu dengan rumah namun rasa rindu memisahkan jarak antar pulau, yang jika di hitung-hitung saat ini ongkos pulang pergi bisa mencapai dua juta rupiah. dari keluarga kecil ini aku belajar arti kesabaran dan keikhlasan. dan dari mereka aku belajar banyak hal.

waktu telah menunjukkan pukul 00.00, dan kami telah selesai makan. dan saat ini tepat tanggal 1 Januari 2015 pukul 00.01 aku mendapatkan banyak ilmu. penutup ahir tahun yang indah. meskipun rasa rindu akan rumah selalu menggebu, namun keluarga kecilku disini adalah pelepas rindu dan lelah. senang rasanya berada diantara mereka.

sekarang waktu menunjukkan pukul 00.31, kali ini aku dan dua temanku sudah berada didalam kamar asrama. kami telah membersihkan diri dan lekas tidur.

"aku harap kita lebih baik dari tahun sebelumnya, kita lebih rajin ibadah, dan lebih dekat sama Allah. aku juga berharap kita bisa sama2 terus sampe sukses bahkan sampe kapanpun. amin. selamat tidur yaa." kata temanku sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

tiada harapan muluk2 yang aku inginkan ditahun ini, semua telah aku panjatkan dalam doa. tinggal menunggu yang terbaik atau yang terburuk semua aku serahkan kepada Allah.

(dan soal doa temanku, aku mengamini dan berharap seperti itu. dan lagi, sebelum ia bedoa seperti itu aku telah berdoa untuk mereka :) )

Selamat Tahun Baru! :)

Selasa, 30 Desember 2014

Life is a stage of theatre!

hidup adalah panggung sandiwara itu menurut gue bener. kenyataannya kita hidup itu bagaikan bertheater. ada sang penulis skenario, sutradara, aktor, composer, lighting, tatarias, dsb.

pernah ga sih lo berfikir bahwa saat ini lo adalah aktor yang lagi mainin peran. entah perannya enak atau ngga enak ya semua bergantung  sama penulus skenario. siapa sih penulis skenario sama sutradaranya? ya cuma Tuhan.

dan apa bisa kita protes saat kita mainin peran? misal kita dapet peran sakit, dan kita bilang; gue gamau main ini ah, kasih ke aktor yang lain aja. biasanya kalo ada aktor yang kaya gitu, pasti si sutradara udah males ngasih peran ke lo karena lo tukang protes!

beda cerita kalo misal lo dapet peran sakit, tapi lo tetep jalanin peran lo dengan ikhlas. pasti sutradara percaya sama lo, dan lo dapet poin plus dimata sutradara.

dan saat kita udah mainin peran dengan serius pasti ada tim yang mendukung jalannya acara pementasan lo. siapa mereka? ya pasti ortu lu, keluarga, sahabat, temen, guru, atau bahkan alam. mereka tu ibarat composer hidup lu yang ngatur lagu apa yang pantes dimainin pada situasi tertentu, ibarat makeover crew yang moles wajah dan pakaian bahkan tubuh lo biar lo keliatan bagus di panggung, ibarat lighting yang ngatur pencahayaan panggung biar gimana caranya makeup lo keliatan bagus di panggung, dan masih banyak lagi. ya itulah tugas mereka bahkan lebih dari itu.

saat sang penulis skenario dan sutradara memberikan peran ke aktor, udah pasti semua itu udah tinggal terserah aktornya aja.

menurut gue, kalo kita udah diatas panggung meskipun berat banget rasanya mainin peran itu kita tetep harus profesional.

"bagaimanapun caranya lo main sebagus mungkin!" sutradara akan terus bilang gitu. dan saat lo gasuka terus lo main peran yang lo gak mau, sekarang lo harus ngelakuin apa? lakuin aja! jalanin semampu lo! lakukan yang terbaik.

ingat! si sutradara gaakan pernah ngasih peran ke aktor dengan sembarangan. si sutradara pasti tau pemanin mana yang cocok buat main di ceritanya, biar karakternya itu persis sama yang dibikin oleh penulis skenario. dan si sutradara juga pasti secara gak langsung menilai lo, bisa ga sih lo lakuin ini? dan, pantes ga sih lo mentas lagi?

nah! persis! Tuhan gaakan ngasih cobaan kemanusia kalo si orang yang lagi diuji itu, gak mampu. semua itu pasti ada jalan. tinggal apa? be brave! benani! hadapin! tawakkal! maka Tuhan akan kasih lo nilai plus!

dan saat lo udah berhasil mainin peran secara provesional, sabar, tawakkal, dan ikhlas. pasti lo akan dapet ilmu. entah ilmu mengendalikan emosi, ilmu peran, ilmu gerak tubuh, pokoknya banyak. gue yakin pasti dapet ilmu, pasti! dan secara langsung sutradara bisa liat bahwa lo lulus ujian, lo berhak mentas lagi, dan sutradara bakal percaya sama lo kalo lo bisa. dan sampe sekarang kalo gue ngedalemin peran, peran itu akan kebawa sampe setelah pementasan.

nah! persis(lagi)! setelah lo lewatin ujian yang dikasih sama Tuhan dengan ikhlas. gue yakin lo pasti dapet ilmu, lo pasti bisa belajar dari ujian yang udah dikasih. dan itu akan meningkatkan derajat lo dimata Tuhan. dan yang hebat lagi, ilmu itu akan melekat selamanya. bahkan ilmu lo bisa lo sharing ke orang lain. maksudnya, saat ada temen lo yang lagi ngerasain posisi seperti yang lo rasain dulu, lo bisa kasih tau dia supaya dia bisa lewatin ujian itu.

soalnya, gak memungkiri sih. banyak orang yang punya masalah, gak mau cerita, ujung2nya sakit dan stress sendiri. padahal coba kalo dia mau cari obatnya? pasti dia akan nemu. apa sih obatnya? ya mendekatkan diri sama Tuhan!

pentas udah kelar? eitsss, jangan seneng dulu lah... situ lupa sama tim pendukung acara (selain si penulis skenario, sama si sutradara) yang udah gue sebutin diawal tadi? jangan sampe lo lupa!

inget sama composer, lighting, tatarias, dsb. mbak bro, mas bro! karena tanpa mereka, lo juga gaakan jadi apa2! coba lo bayangin.. diatas panggung, gaada musik, gaada makeup, gaada cahaya? si penonton mau nontonin lu teriak2 diatas panggung dengan wajah kucel, denger suara jangkrik, sambil gelap2an gitu? kalo gue jadi penontonnya si gue ogah!

mereka justru adalah hal terpenting yang bisa bikin lo tampil sukses diatas panggung. namun hal2 ini justru yang sering gue perhatiin malah luput dari mata sang aktor. mereka ada, tapi seringkali si aktor justru ga pernah liat perjuangan mereka dibelakang panggung.

inget ya semua tim pendukung acara itu udah gue ibaratin kaya yang udah gue tulis diatas. lo yakin lo lupa sama mereka? mereka yang ada saat lo susah. saat lo kucel, jelek, ga keurus, mereka yang mencetak lo jadi cantik, dan ganteng di dunia luar. mereka juga  yang menerangi gelapnya mata si penonton waktu mau nonton lo, dengan cara apa? ya mereka ngasih ilmu yang bermanfaat buat lo. tujuannya apa? ya biar lo bisa bermanfaat dan ga dinilai jelek di dunia luar. dari mereka2 juga lo denger suara2 keceriaan. suara2 pemberi lo semangat dan dukungan. dan dari merekalah lo dicetak jadi aktor yang luar biasa diatas panggung!

berterimakasihlah pada mereka, bersyukurlah telah mempunyai mereka.

sekarang, gue adalah aktor yang akan terus bermain peran sampe si penulis skenario dan si sutradara bilang: kayanya lo udah cukup main sampe sini deh, sekarang waktunya lo istirahat dan nikmatin hasil dari yang udah lo cari selama ini :)
tapi sebelum itu terjadi, gue akan terus belajar. menata hidup dan mencari apa yang seharusnya gue cari (untuk akhirat) biar nanti gue bisa hidup enak dan seneng kaya artis2 di tivi2 (ini maksudnya, hidup seneng disyurga sama penghuni syurga lainnya, loh. amiinn). hahaha :D

Sabtu, 27 Desember 2014

aku harus tetap pergi

rasanya enggan pergi, namun ku harus pergi.

saat aku mulai memasukkan barang2ku kedalam koper aku merasakan kepedihan yang sama saat ingin beranjak dari rumah 5 bulan yang lalu. meski rasa perihnya tak terlalu aku hiraukan namun tetap saja rasa kehilangan ini membuat aku enggan pergi.

saat semua barangku telah masuk kedalam koper, kini tinggal aku yang masih terdiam dalam rumah ini. rumah sederhana yang menurutku nyaman2 saja karena aku sudah lama tak tinggal dalam rumah.

kakiku mulai melangkah menuju keluar rumah. sinar sang mentari pagi memancar ke sudut2 jendela namun rintikan air hujan tetap jatuh beriringan. seperti rasa ini. bahagia dan sedih akan kembali ke asrama melebur jadi satu.

akankah kutemukan kembali kebahagiaan dalam rumah? akankah bisa ku kembalikan kebahagiaan yang kini mulai hilang dan sirna dalam rumah?

entahlah, namun yang sekarang aku tau aku tetap harus pergi beranjak dari rumah ini meski hati ini berat untuk melangkah pergi.

aku dan mereka

dalam rasa kantuk yang teramat sangat aku masih bisa merangkai.kata perkata meski semua tak beraturan.

malam ini adalah malam terakhir aku berada di tempat ini, tempat yang pernah menyatukan kita dalam kebersamaan. susah senang benci kesal amarah bahkan gelak canda tawa sering menghiasi sudut-sudut ruangan.

di tempat tidur yang empuk ini bersama dengan guling empuk yang sedang kupeluk erat aku dapat merasakan kesepian dan keheningan saat satu persatu diantara mereka telah pulang kerumahnya masing-masing.

kini gelak tawa yang mengisi sudut2 ruangan itu sudah tidak lagi nyata seperti biasa. yang tersisa hanya gelak tawa dari beberapa orang saja.

jika memang ini adalah terakhir kalinya kita dapat berkumpul seperti ini, akan kuakui bahwa aku akan merindukan kebersamaan ini suatu saat nanti.

Kamis, 25 Desember 2014

Kepada Sang Pangeran

jarak ini yang sungguh membuatku tak kuasa.. tak kuasa menahan rasa rindu yang menyayat hati. selebar apapun senyum ini mengembang namun sayangnya hati ini tetap tersayat. membayangkan indah parasmu, manisnya setiap senyuman dan tingkah lakumu.

apakah aku dapat bertemu denganmu wahai sang pangeran? saat waktu dan jarak yang tak memungkinkanku untuk memeluk hangat tubuhmu lagi.

setiap pagi dan sore, sinar jingga sang mentari mengingatkanku akanmu. namun apa daya, saat genggamanmu tak mampu ku raih hanya air mata ini mengalir menghiasi pipiku yang masih berbekas kecup manismu dulu.

pangeranku, jangan menangis. aku tau ini sulit. tak hanya untukmu, namun juga untukku. tetaplah tersenyum, karena aku tak ingin kehilangan senyum itu. senyuman yang membuatku masih bertahan untuk kuat disini meski apa yang kurasakan amatlah pahit.

pangeranku, andai kau baca tulisan disecarik kertas ini, dapatkah kau lihat kerutan di kertas ini? kerutan ini adalah titihan air mataku.

pangeranku, aku bukan lari, aku hanya ingin tak melibatkanmu dalam kesulitan yang aku rasa. meskipun aku tau kesulitanku tak akan berpengaruh padamu, karena aku tau kau bahagia disana. namun aku enggan menceritakan bebanku kepadamu seperti yang biasa aku lakukan, karena aku tak ingin membuatmu merasakan apa yang aku rasa.

pangeranku, maafkan aku telah membuat perasaan rindumu terus  meletup tanpa terlampiaskan. andai kita dapat bertemu. akan ku dekap erat tubuhmu dan kukatakan aku amat sangat menyayangimu. namun sekarang apalah daya, sepertinya itu kemungkinan yang amat tipis.

kali ini, aku akan terus disini. terus memaniskan rasa kehidupan yang pahit, aku akan tetap berjalan meski hanya dengan bayangan senyumanmu yang pernah kulihat dulu. dan biarlah aku terus mendoakan kebahagiaanmu sang pangeranku.

aku sangat merindukanmu.

Senin, 22 Desember 2014

rasa lelah ini timbul disaat mataku sudah mulai terpejam diatas ranjang yang empuk. entah berapa orang yang telah mempercayaiku, entah berapa orang yang telah merelakan semua untukku, dan entah berapa banyak pengorbanan mereka hanya demi aku.

aku sempat menangis setelah sholat, bercerita semua kepada Yang Maha Esa. Kali ini aku sungguh lelah. aku telah berada pada titik lelahku.

aku tau ini harusnya tidak pantas. namun aku bukanlah wanita seperti di komik atau skenario film. aku wanita biasa dan aku bisa merasakan lelah.

ibarat sang awan yang tak mampu lagi memanggung bebannya, begitulah aku. tulisan, lelah, tangisku adalah bukti bahwa untuk menggapai sesuatu hal tidaklah mudah. namun itu adalah perjuangan.

Kamis, 11 Desember 2014

sang penulis

sore itu dipinggir sungai, kau keluarkan sebuah korek api bergambar dua mata. aku tahu kau ingin merokok.
"tunggu!" tahanku saat kau akan memantikkan api dari korek itu untuk menyalakan sebatang rokok yang telah kau jepit di bibirmu.

kau melihatku dengan agak terheran sambil melepas sepuntung rokok yang belum kau bakar dari mulutmu.
"kau tau korek ini? aku tahu kau adalah penulis hebat. dan sebagai penulis yang hebat, aku memberikanmu tantangan. bisakah kau buat sebuah cerita tentang korek ini? karena aku sudah bosan dengan cerita-cerita usang yang kau tempel di mading kampus."

sambil terdiam kau memandang korek itu, dan
"korek.... oke, akan ku buat" jawabmu yakin.

kulihat kau mencatat sesuatu di buku note-mu. banyak sekali tema tulisan yang akan kau buat termasuk 'korek' yang baru saja kau tulis dengan pena birumu.

"oke akan ku buat cerita ini, tunggu cerita itu di mading."

selang beberapa hari, tanpa sengaja kulihat mading kampus yang sudah berganti tema. dan yap, tulisanmu terpampang di mading. dan _"korek api yang jatuh cinta pada tuannya"_ adalah judul tulisanmu.

dengan seksama kubaca tulisan itu. kata per kata, kalimat per kalimat, hingga pada akhirnya tulisanmu telah selesai kubaca.

"Sepertinya aku memang harus mengabadikan diriku menjadi sosok korek api yang selalu engkau bawa di dalam ranselmu yang bergambar dua mata itu, menunjukkan padamu bahwa aku siap melakukan apapun untuk kebahagiaanmu. Aku akan menjadi korek api yang telah jatuh cinta kepada tuannya." kata itu adalah yg aku kutip dari tulisanmu.

dan kali ini kau berhasil menyelesaikan tantanganku, dan ku akui kau memang sang penulis hebat.

Senin, 01 Desember 2014

Plester Biru

plester biru kini telah 12 jam melekat di jari tengahku. Padahal tadi pagi jari tanganku masih baik-baik saja, ya tentunya sebelum pintu menjepit jari tanganku hingga berdarah.

"astagfirullahhhhhh....." jeritku alam hati sembari menunjukkan ekspresi yang sudah bisa ku bayangkan betapa buruknya.

rasanya sangat sakit jari ini terjepit hingga mengeluarkan darah, rasanya ingin menangis dan nafaspun terengap-engap karena menahan rasa sakit itu. namun menangis hanya membuat sakit ini semakin parah menurutku. jadi dengan segera aku bersihkan darah yang ada di jariku. ku cuci jari tanganku dan rasanya sungguh perih, namun aku harus membersihkannya agar lukaku cepat bisa ku obati.

dan kali ini sudah 2 plester yang telah aku gunakan untuk menutup lukaku. terakhir kulihat luka itu kini membaik. aku sungguh lega melihatnya meskipun rasanya tetap masih sakit jika tersentuh sesuatu.

kita tidak akan pernah tau bagaimana takdir kita satu jam, satu menit, bahkan satu detik kedepan. baik atau burukpun kita tidak tau. bahkan aku sendiri tak tau bahwa kali ini ada plester biru yang melekat di jari tanganku, padahal sebelumnya jariku masih baik-baik saja.

saat kita mendapat takdir yang buruk pasti rasanya sakit bagaikan terjepit pintu hingga berdarah. menangislah jika itu memang menyakitimu, namun kita tidak boleh terus terpuruk akan kesakitan itu.

se-ringan apapun luka itu, yang namanya luka tetap harus diobati agar cepat sembuh. seringan apapun takdir buruk yang menimpamu, bangkitlah, bersihkan lukamu, dan obatilah. percayalah, Allah telah menciptakan obat atas segala penyakitmu, termasuk luka didalam hatimu.

kini lukaku telah sembuh, butuh 4 hari agar luka dijariku sembuh. dan selama 4 hari pula itu aku merasakan kesakitan di jariku. namun kini plester biruku telah kulepas. dan luka yang ada di jariku kini telah sembuh.

meskipun luka didalam hatimu tidak bisa sembuh secara langsung. tapi paling tidak jika terus kamu obati, luka itu secara perlahan akan sembuh, sama seperti luka dijariku.

ingatlah, seburuk apapun takdir yang diberikan Allah untukmu tetaplah bersyukur atas segalanya, termasuk rasa sakit itu. karena hanya dengan rasa sakit itu pula kamu bisa belajar agar kesakitan itu tidak terulang lagi.

selamat tinggal plester biru :)