Minggu, 11 Januari 2015

Sepatu

Ngomongin soal sepatu, ahh.. pasti lo semua udah pada tau! Dari sepatu merk abal-abal sampe yang paling mahal. Tapi kali ini gue gamau bahas soal sepatu benerannya. Tapi gue mau bahas sedikit soal pepatah "cinta itu kayak milih sepatu. Semua orang butuh sepatu, tapi gak semuanya pas!" ajib banget kan yee tu pepatah? :D

Ya, kenyataannya emang gitu sih. Pada dasarnya semua orang butuh cinta. dicintai dan mencintai merupakan kodrat manusia. Tapi coba lo perhatiin apa perbedaan dari pepatah itu?

Perhatiin orang-orang yang sama-sama cinta sama sepatu mereka. Sebut aja si Ayang sama Bela.

Kalo si Ayang, sebegitu gampangnya beli sepatu. beberapa hari dipake, ngeliat model baru yang lebih bagus, abis itu si Ayang beli yang baru deh. Dan kalo udah beli yang baru lupa sama yang lama.

Beda cerita sama si Bela, yang beli sepatu satu, dipake sampe ga layak pakai baru beli lagi.

Nah kalo diibaratkan si 'sepatu' adalah 'cinta' lalu gimana si Ayang dan Bela bisa kayak gitu?

Bro, Sist, cinta itu gak segampang si Ayang beli sepatu. Cinta itu bukan masalah fisik. Makannya si Ayang kalo udah liat sepatu model baru langsung mau beli aja, alias kalo liat ada cowok yang lebih ganteng, tajir, atau apa lah; si Ayang langsung ganti pacar. Itu namanya si Ayang bukan Cinta sama Sepatu, alias cinta sama Cintanya. tapi dia itu HOBI koleksi Sepatu, alias koleksi Cinta! Makannya si Ayang gaakan pernah puas koleksi sepatunya.

Kalo si Bela, dia cenderung simple. Dia cuma menuntut kenyamanan aja saat dia pakai sepatunya. Alias dia cuma menuntut kenyamanan saat dia sama Cintanya. Meskipun koleksi yang mungkin dia punya gak sebanyak punya Ayang, namun si Bela cuma cinta sama SATU sepatunya. Ya..karena menurut dia cuma sepatu itu yang bikin dia comfort dan enjoy. Makannya si Bela pake sepatu itu di awet-awet, sampe gak layak pakai baru beli lagi.

Wahai bro, dan sist.
Jadikanlah cintamu itu layaknya sepatu si Bela. Di sayang-sayang dijaga sampe nanti si sepatu udah ga layak pakai lagi. Dan jangan pernah kaya si Ayang yang punya sepatu cuma buat koleksi aja! Jadikan cinta itu bukan suatu kebutuhan, nanti yang ada jadi konsumtif. Hahaha :D

Dan akhirnya. Semua orang butuh sepatu tapi gak semuanya pas. Semua orang butuh disayang/menyayangi, tapi gak semuanya cocok. Jadi mulai sekarang. Kalo punya sepatu di awet-awet yaa :D

Kamis, 08 Januari 2015

Dandelion

Hari itu, aku melihat rumput kecil tumbuh dipinggir jalan. Setiap hari rumput itu semakin tumbuh besar. Dan saat aku kembali melewati jalan itu, aku lihat rumput itu mempunyai kuncup-kuncup bunga yang hampir mekar. Dan selang waktu berjalan kuncup-kuncup bunga itupun mekar menjadi bunga-bunga kecil berkelopak kuning.

Bunga-bunga itupun mekar dan semakin mekar dan tentunya bunga itu sangat cantik. Namun apa yang terjadi saat semakin hari kulihat kelopak kuning bunga itu beguguran satu demi satu?

Dan akhirnya kelopak terakhirnyapun gugur. Tiada lagi kelopak bunga kuning itu. Yang ada hanyalah kuncup-kuncup berwarna coklat. Tak indah walau ku pandang dengan seksama.

Hari itu kulihat kuncup cokelat itu mengembang menjadi gumpalam putih seperti kapas. Lebih cantik dari sebatang kuncup cokelat gersang. Dan ini adalah biji-biji dari bunga kuning yang telah gugur. Kupetik bunga ini dan, Rapuh...sangatlah rapuh, tergoncang sedikit saja biji-biji ini telah jatuh. Kutiup perlahan biji-biji kecil ini dan wussshh... Merekapun terbang seraya dengan hembusan angin.

Lihatlah dirimu. Kau tumbuh dan berkembang bagaikan menjadi bunga berkelopak kuning yang cantik. Kau amat kuat namun kenyataannya semakin lama kau kuat, kau semakin sedih dan menggugurkan keceriaanmu hingga kau menjadi kuncup-kuncup cokelat yang tak lagi cantik.

Namun lihatlah kembali pada hatimu. Pantaskah kau bersedih. Lihatlah banyak orang sekitar yang memperhatikanmu saat kau menjadi bunga berkelopak kuning kau cantik dan menebar kebahagiaan. Namun apa yang terjadi jika kau bersedih? Mereka akan turut bersedih, karena hanya kaulah yang membuat mereka bahagia.

Tersenyumlah, perlihatkanlah kepada seluruh dunia bahwa kau telah kembali dari keterpurukanmu. Mengembanglah layaknya seperti dulu kau membuat kebahagiaan. Dan kau luar biasa mengembang dalam kerapuhanmu.

Kali ini, lepaskanlah semua. Bebaskanlah semua kebahagiaanmu keseluruh penjuru dunia biarkan ia tumbuh dan berkembang pada tanah yang tepat hingga menjadikanmu bunga yang cantik.

Kenyataannya, meskipun kita tumbuh dihati/tanah yang tepat namun belum tentu hati tersebut membuat kita mekar selama-lamanya. Ada kalanya juga kita merasakan sakit, layu,dan rapuh hingga kita menjadi diam layaknya mati. Namun diam ini bukanlah diam yang semata-mata enggan untuk berbunga kembali. Namun diam ini merupakan waktu yang tepat untuk bertransformasi merubah diri dan terbang mencari hingga saatnya nanti bibit itu akan tumbuh kembali di hati/tanah yang benar-benar tepat hingga pohon itu mati.

suatu saat kau akan menemukan tempat yang tepat. Terbanglah dandelion...

Rabu, 07 Januari 2015

Pak..

Pak.. Taukah engkau aku merindukanmu? Meskipun bagaimanapun sikapmu tapi engkau tetaplah ayahku. Pak.. Aku merindukan raut wajahmu. Raut wajah yang menenangkan aku meski kutau saat ini kau mulai renta. Pak.. Meskipun aku tidak pernah mengatakan ini padamu, nyatanya aku sangat bangga memiliki ayah sepertimu. Aku sangat bahagia menatap raut wajahmu saat kau menjemputku didepan gerbang sekolah.
Pak.. Kau tau? Semenjak kau pergi banyak laki-laki yang mendekatiku hanya untuk menyakitiku, tak seperti dulu kau melindungiku dari depan sekarang kau hanya melindungiku dari jauh bahkan terkadang tak bisa melindungiku sama sekali. Pak.. Kau tau betapa rindunya aku padamu? Betapa aku sangat ingin bertemu denganmu? Namun nyatanya aku tak sanggup meraihmu, pak.
Sangat pilu hati ini bila kau hanya membicarakan perasaanmu tanpa kau pahami perasaanku, Pak.
Pak.. Aku hanya ingin bertemu denganmu hanya sebagai ayah dengan anak perempuannya bukan sebagai perantara atas dunia luar. Aku ingin berbicara denganmu layaknya ayah dan anak bukan seperti engkau dengan orang lain. Aku hanya ingin bicara dari hati ke hati layaknya ayah dan anak, bukan untuk memulai sebuah pertengkaran.
Pak.. Kau tau? Meskipun seperih apapun luka dihati tapi kau tetap ayahku..

Kamis, 01 Januari 2015

26 Desember 2014

tak puitis seperti sang penulis lainnya. karena aku hanyalah aku, sang penulis yang tak tau caranya menulis.

sore hari yang teduh di purwokerto. cahaya jingga sang mentari membuat hati serasa damai. kali ini aku duduk terdiam di sudut ruang tamu kostan yang aku sebut rumah dalam waktu satu minggu ini. disini aku mengingat kembali bagaimnana rasanya berada dirumahku sebenarnya meskipun ingatan itu hanya sebatas semburat-semburatan yang mulai aku lupakan.

rumah, hanyalah bangunan yang terdiri dari dinding, pintu dan jendela. lalu mengapa aku merindukan rumah?

yang paling bermakna dalam rumah bukan hanya dinding, pintu dan jendela. namun kenyamanan didalam rumah yang aku rindukan. berkumpul bersama orang tua dan dua adik makan bersama didepan televisi merupakam hal yang sungguh luarbiasa.

dinding, pintu serta jendela merupakan saksi bisu akan kebahagiaan2 yang berada dalam rumah. dan kali ini aku merindukan rumah, ini bukan soal bangunannya tapi soal kenyamanan didalam rumah. mungkinkah aku kembali kerumah itu bersama orang2 yang amat aku cintai? aku harap aku bisa..

Sweater Biru

kali ini aku menjelmakan diriku menjadi sebuah sweater biru. sweater biru yang sering kau gunakan kemanapun kau pergi. sweater biru yang selalu melindungi dirimu dari dinginnya udara luar. melindungimu dari teriknya mentari.

saat dingin menyergap kau biarkan aku mendekap tubuhmu, namun saat kau berada dalam dekapannya kau tak lagi membutuhkanku. lucu memang jika aku cemburu. karena aku hanyalah sebuah sweater, sweater biru yang kau kenakan.