Senin, 01 September 2014

Tiga Puluh Satu Agustus

Pagi ini ku buka mataku. Ku buka juga gordyn yang menutup jendelaku. Pagi yang cerah.

Pagi ini ku kenakan celana trainingku, jaket adidas merah kesukaanku, dan sepatu. Aku ingin jogging pagi ini.

Aku memulai pemanasan dan peregangan di bagian kaki terutama. Aku jogging bersama kedua adikku. Ku mulai berlari lari kecil keluar asrama. Ku ambil arah jalan menuju jalan dieng, jalan yang pernah ku lewati naik motor beberapa hari yang lalu.

Baru mulai adikku sudah mulai lelah. Ku semangati ia untuk berlari. Banyak orang yang berlalu lalang dijalan melihat kami. Jarang memang ada perempuan yang mau jogging pagi-pagi. Biasanya mereka sibuk dirumah. Alhasil kebanyakan anak laki-laki terutama anak ponpes yang berlari pagi.

Pagi ini sangattt sejuk. Angin pagi dan matahari menemani kami berlari pagi. Kami tertawa bercanda bersama.

Setelah hampir satu jam kami berjogging kami memang tidak berkeringat. Dan memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki untuk menstabilkan nafas dan otot kaki kami.
Kami pulang menyusuri jalan pegunungan. Melewati kebun. Awalnya aku mengajak adikku untuk melewati jalan yang tadi namun mereka mengajakku untuk melewati sawah.

Aku melewati pinggiran parit kecil dan melewati jembatan kayu yang sudah agak tua dan bergoyang. Aku sangat tergoda melihat aliran air yang sangat jernih. Langsung ku buka sepatu dan kauskakiku. Ku masukkan kakiku yang sudah panas sedari tadi kedalam aliran air itu. Dinginnya air pegunungan yang menyentuh kakiku yang panas membuat kakiku terasa segar kembali. Subhanallah nikmatMu YaAllah.

Aku melihat dua orang petani melihatku bermain air di aliran air itu. Namun mereka hanya tersenyum tanpa menegurku. Aku cuek saja karena telah asyik menikmati airnya.

Ku jinjing sepatuku, dan aku kembali berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Hamparan bunga liar berwarna ungu membuat aku semakin bahagia melihatnya. Sekali kali kupetik beberapa bunga liar dan aku bertaruh dengan adikku. Siapa yang bunganya tidak tersangkut dia yang menang.

Gelak tawa kami menyebar ke seluruh sawah. Hamparan kebun kubis mulai menyambut kami. Aku terus berjalan dan tak terasa mulai melewati perkambpungan.

Aku kembali duduk dipinggir parit dan.kembali mencelupkan kedua kakiku kedalamnya. Namun kali ini aku tidak sendiri. Adikku mencelupkan juga kakinya kedalam parit kecil tsb. Kami merendam kaki kami cukup lama. Dan kami memutuskan untuk pulang keasrama.

Sepulangnya kami ke asrama kami memutuskan untuk sarapan bersama.

Kebahagiaan itu sederhana~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar