Rabu, 17 September 2014

sore ini, hembusan angin dari sayap malaikat kembali membelai lemah tubuhku. ketenangan itu kembali kurasakan kembali setelah aku mulai muak dengan keramaian.

entah dari mana aku harus memulai menceritakan tentangmu. pertemuan itu singkat. tapi seketika pesonamu menghentikan sang waktu.

di hari pertemuan itu sebuah tanda tanya besar mencuat dalam fikiranku, inikah cara Tuhan mempertemukanku denganmu?

aku mulai mencoba mencari tau tentangmu dan menghadirkanmu dalam hari-hariku. karena aku tau kamu bukanlah orang sembarangan yang Tuhan kirim untuk ku kenali. bukan sembarang orang yang Tuhan kirim untuk mendamaikan hari-hariku.

semakin sering aku bertemu denganmu, aku mulai sering menyebutmu saat aku bercerita kepada-Nya dalam sholatku. karena  aku hanya pemuja rahasiamu, tak lebih dari itu hingga tak mungkin aku bercerita dengan orang lain.

kamu apa adanya, berbeda dari yang lain. itu cukup menjelaskan semuanya.

saat kedok dan identitasku sebagai pemuja rahasiamu terbongkar. aku serasa ingin menyembunyikan wajahku dibalik selimut. namun kamu menanggapi itu dengan bijak.

saat aku mulai mengenalmu, rasa kagum yang selama ini aku pendampun semakin meluap. namun saat ditanya mengapa aku menjadi pemuja rahasiamu, aku hanya menjawab aku tak tau dan aku tak punya alasan untuk menjelaskan itu.

hingga saatnya aku bertemu denganmu, perasaan seorang pemuja rahasia diuji saat itu juga. menahan rasa gembira, malu, bercampur aduk menjadi satu.

aku lihat kamu tetap apa adanya. dengan senyum ramahmu kamu menyambut percakapan kita. bisa dihitung dengan jari berapa kali mata coklat kehijauan itu hanya melirikku  tanpa menatapku.

caramu memandang lawan bicaramu yang seorang perempuan membuat aku merasa sangat dihargai saat itu.

pembicaraan kita membuat aku mengetahui panjang lebar tentang kehidupanmu. gelak tawamu yang riang membuat kita seakan telah kenal beberapa bulan yang lalu. aku tau kamu bukan orang sembarangan yang diperkenalkan-Nya kepadaku.

aku belajar banyak darimu. ilmu tentang kehidupan, kemanusiaan, toleransi, dan masih banyak lagi.

aku masih tak habis fikir aku akan mengenalmu lebih jauh. jika dilihat dari usia dan pengalaman tentu kamu lebih berpengalaman dibandingkanku. obrolan itu membuat perasaan kagum yang terpendam selama ini telah terluap.

setelah pertemuan itu, aku mulai merasa ini salah. bukan pertemuan ini yang salah, namun rasa kagumku. kini aku hanya bisa kembali diam, aku hanya ingin rasa kagum ini tetap pada porsinya bukan selebihnya. Terimakasih Tuhan telah mempertemukanku dengannya. Dia yang telah membuat segurat keceriaan kecil ini kembali bersinar. Dia yang kembali memberiku semangat untuk tetap menikmati arti hidup.

aku bukan menghilang tapi ingin kembali tertidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar