bagi perempuan, urusan telinga adalah hal yang sensitif; dimana dari telinga semua hal kecil akan berubah menjadi hal besar. begitulah kodrat wanita, melihat yang baik atau buruk hanya dengan telinganya. ajaib. sama seperti aku.
telingaku kali ini tak salah, ia masih berfungsi normal seperti biasanya. aku masih bisa mendengar suara orang berbicara, suara rintik hujan, bahkan suara nafas dari diriku sendiri, temasuk kata-kata darinya. aku tahu kelemahan wanita ada pada telinganya. makannya aku tak mau gegabah, aku tak mau ceroboh, aku tak mau jatuh lagi. tetapi kenyataannya aku sungguh jatuh lagi pada ungkapan hati dari orang yang sama selama bertahun-tahun. lama juga rasanya aku tak mendengar ia mengucapnya lagi. ini soal rindu yang ia jamu dengan baik, karena kau pasti tahu bahwa masih banyak rinduku yang tersisa untuknya.
hatiku kembali tersentak, setelah lama ku tak dengar kata itu darinya. aku bisa saja percaya, tapi aku masih curiga. aku tak ingin lekas jatuh dalam buaian, aku ingin menyelamatkan diriku dari jatuh yang kesekian. satu kalimat yang ia ucapkan membuat jamuan rinduku kemarin berbuah manis.. kali ini, akulah yang dirindukannya..
ia bilang rindu, tapi entah aku tak marah seperti biasanya. mungkin karena aku sudah mulai memahami dan menerima kenyataan. rindunya ku jamu lagi tanpa takut jatuh lagi, karena aku tahu merindu adalah pekerjaan orang-orang yang kuat dan menghargai masa lalu. adakah kita merindukan masa depan? nyatanya tidak. kita pasti akan merindu karena masa lalu, bahkan beberapa detik yang terlewat barusan. rindu itu berat, dan pekerjaan bagi orang yang kuat. ku rasa ia sedang dalam tahap ini, menguatkan dirinya, termasuk menguatkanku.
hati mungkin tahu pada siapa sepantasnya ia bertamu. nyatanya ia tetap setia bertamu, hanya pada satu hati yang dengan penuh ia sayangi; itu aku, dan akupun begitu. ada kalanya ia mencoba untuk bertamu pada hati yang lain, tapi nyatanya hati lain hanya jadi tempat singgah dan bukan tempat menetap. hati lain hanya jadi penerima tamu tanpa pernah bisa menjadikan kita pemilik hati sesungguhnya. dan pada ku lah hatinya menetap.
rumah yang selalu ku susun rapi meski porak poranda bisa menjadi saksi betapa aku mencintainya dengan sangat. mungkin rumahnya juga selalu ku porak-porandakan setiap kali aku bertamu, tapi hebatnya semua tak ia keluhkan. hatiku mudah goyah, bukan untuk mencari hati lain, tapi karena kelelahan menahan semuanya sendirian. tapi saat ada dia, semua terasa baik-baik saja. semua terasa tanpa beban dan masalah. aku lega dan dengannya aku merasa sungguh baik-baik saja.
telingaku masih saja tetap percaya bahwa aku adalah rumah tinggal yang paling baik, yang suatu saat akan ia tinggali tanpa pernah pergi lagi. telingaku sadar betapa kata-katanya bisa menjadi pedang untukku yang akan menusukku dengan mudahnya suatu saat, tapi sebelum itu tiba aku sudah siap menerima apapun hasilnya. aku harus menerima bahwa lelah adalah manusiawi, tapi sifat pantang menyerah juga ada pada kodrat manusia bahkan sewaktu belum menjadi 1 sel. jadi aku tak akan menyerah memperjuangkan apa yang memang jadi kebahagiaanku. aku akan terus berjuang sampai saatnya tuhan berkata sudah. karena menyerah tanpa mencoba lagi itu bukan sifatku.
aku selalu percaya bahwa ia yang terbaik. dan hanya dengannya lah kuningin bangun masa depan. dengannya aku seolah punya harapan. dan dengannyalah aku bahagia. karena sejatinya apa yang manusia cari didunia ini jika bukan kebahagiaan, kedamaian, serta ketenangan dalam menjalani hidup? jika boleh ku katakan, ia akan selalu jadi rumah yang tepat untukku pulang.
betapa arogan jika aku selalu marah saat ia pulang karena takut rumah ini akan berantakan lagi, padahal sudah jelas rumah ini akan selalu rapi meski hanya aku sendiri penghuninya. lalu mana kebahagiaan yang ku ucap jika aku tetap tinggal sendirian meski keadaan rumah ini rapi dan sepi sunyi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar