Jumat, 09 Februari 2018

tolong, sakiti saja..

saya rindu..
rindu dengan kamu..
sosok kekamuanmu..
tanpa perlu jadi yang lain,
saya akan tetap rindu..
bagaimanapun kondisimu,
saya akan tetap merindu..

tapi saya juga pilu,
seiring kisah ini menjadi kelabu..
bisakah saya menangis lagi, tapi
tidak untuk melepasmu..
tapi menangis untuk bilang,
saya sungguh rindu..
saya tak tahu penyebabnya apa,
tapi saya sungguh kehilangan 'saya',
apalagi semenjak kamu tiada..
akan jadi apa saya kedepannya,
jika kamu benar2 tak ada?

mungkin saya akan menua,
atau mungkin membiarkan
kamu jatuh cinta dengan lainnya.
seperti yang kamu fikirkan,
sewaktu senggang datang.
dan saya, juga harus memulai
untuk mencintai yang lainnya.
memulai lagi dari awal,
dengan orang yang berbeda.

tapi, saat ini saya tak bisa,
membayangkannya tetap tak bisa.
bisakah saya pinta,
untuk tidak meninggalkan saya?
entah apa yang saya pikir,
tapi sungguh ini benar saya,
dengan segala lelahnya..

bisakah kita bertemu,
agar saya bisa tahu..
apa yang sesungguhnya kau mau..
aku, atau keakukanku?

saya tak ingin rindu kamu..
sekali saja..
seperti waktu kita mencoba,
untuk tak saling terbuka..
karena saya sudah mencoba,
dan saya tersiksa.
dengan semua rindu yang bersisa..

bisakah?
saya minta disakiti saja,
agar saya kebal dan lupa.
apa itu cinta dan luka.

kamu tahu,
berkali saya menyerah.
dan berkata sudah.
tapi saya tak bisa lepas,
jika masih ingin terikat.
saya tak bisa merindu kamu,
menjadikanmu terbelenggu.
karena ini salah saya,
terlanjur terlalu pada kamu.

maaf, saya katakan maaf..
ini benar saya..
kamu tahu air mata saya tak terbendung?
kamu tahu bagaimana isak tangis saya?
saya tahu kamu paling benci itu.
ini tak bisa saya tahan lagi,
meski saya coba senyum dan biasa saja.

saya harus apa,
untuk membebaskan hati saya?
dari rindu, cinta dan luka?
apa yang saya pilih,
sehingga saya serakah memilih ketiganya.
mencinta, merindu dan terluka.

saya coba abaikan kamu,
tapi saya tak kuasa.
haruskah kamu pergi dengan lainnya,
hingga saya merasa lega?
tentunya dengan sakit yang amat.
tapi saya tak mau,
kamu sakiti perempuan lainnya.
biar saya saja, yang sudah
makrab dengan ketiga konsekuensinya.

bisakah kamu bebaskan saya?
dari rindu yang terus memaksa bertamu?
dari luka yang terus menganga?
dari cinta yang terlalu lama ada?
kalau bisa, kabarkan saya.
saya akan menunggunya,
sampai kapanpun kamu bisa bebaskan saya.
sakiti saya saja,
satu kali,
yang paling sakit,
agar saya terluka paling dalam,
karena saya tak sanggup lagi.


Rabu, 07 Februari 2018

pendosa

seperti malam sebelumnya, ku persiapkan diriku untuk bangun disepertiga malam. ku jadikan hidupku saat ini lebih baik dari sebelumnya. sungguh aku bosan berada dalam lingkup dunia yang fana. media sosial yang dulu dapat menghiburku, nyatanya sungguh membuatku bosan saat ini. aku butuh keluar dan aku butuh belajar. aku butuh bertemu dengan orang2 berilmu dan beriman disisiku. lantunan adzan dan bacaan qur'an yang beberapa bulan lalu lekat ditelingaku kini sudah tak lekat lagi. teman2 tersayangku yang mengajakku dalam kebaikan kini tak ada lagi. hanya foto dan sisa kenangannya yang dapat kupandang dan ku kenang indahnya.
aku ingin kembali ke masa itu, meski ku sadar tak lagi bisa. aku hanya berdoa pada masa depanku yang tak ku ketahui bagaimana alurnya, agar menjadi lebih baik, agar menjadi perjalanan yang tepat untukku pergi dari aku sebelumnya. kebosanan mengajarkan aku betapa berartinya orang lain di sisi kehidupanku. betapa realitanya aku tetap makhluk sosial yang butuh orang lain. aku tak lagi menjadi aku yang dulu, ah.. aku benar2 kehilangan aku yang dulu.
aku rasa aku begitu ceria dulu, tubuhku sehat, bugar, dan tak gampang lelah. saat ini aku sungguh lemah. jam tidurku tak karuan, makanku tak teratur, dan hidupku berantakan. aku lelah berkutat pada dunia yang tak memberiku arti apa2. hanya buku2 novel islami tentang istri2 nabi yang membawaku pergi dari realita kehidupan yang tak seberat beliau para wanita shalehah alami. ini yang ku lakukan, mendalami cintaku pada baginda nabi lewat istri2 mereka. mengagumi kekuasaan Allah yang ku lihat dari cerminan Baginda yang mulia.
aku sungguh kacau, padahal perang kali ini tak seperti perang yang dialami Baginda saat menyebarkan agama islam dulu. perang ini adalah perang pada batinku sendiri! bagaimana akan ku menangkan semua perang ini jika yang ku ketahui hanya sekotak rumah yang berisi perabotnya saja saat ibu bekerja dan adikku sekolah? ya.. ku palingkan semua hariku untuk memuji asma Allah.. untuk mempelajari ilmu2 yang Allah titipkan pada orang2 shaleh di muka bumi ini, orang2 shaleh disekelilingku..
yaAllah..
aku malu, menghadapmu dengan keadaan lusuh penuh dosa. tapi aku hanya ingin tak terlambat lagi. aku ingin mempelajari semua, aku ingin belajar yaAllah.. aku lelah dengan dunia dan waktuku yang kosong.. aku pendosa yaAllah.. dan izinkan aku memohon ampunanmu. izinkan aku meraup hidayahmu.. yaAllah.. ampuni aku..

7/2/18

Senin, 05 Februari 2018

rindu, tolong jaga aku.

dari sisi sebelah sini mungkin aku telah berhasil mengelabuhimu bahwa aku tidak rindu. tapi dari sisi yang lain, manisnya rindu itu terlalu pahit buatku.

ku telan saja mentah2 rindu yang datang. bukan membahas rindumu, loh. tapi ini rinduku. mungkin karena aku tak pernah menyuguhkan rindu ini padamu seperti kamu menyuguhkan rindumu padaku setiap waktu yang kau punya. aku lebih memilih menyembunyikannya. kau tahu kan aku terlalu pandai sekaligus payah untuk hal itu
rinduku tak ingin disadari, tapi selalu ku tuliskan sirat-sirat rindu itu dalam tulisanku. bukan sekali dua kali, tapi sering sekali. rinduku telah ku jamu sendiri mungkin. karena aku saja yang ingin menjaga jarak denganmu. bukan ingin menjauhimu, hanya sekedar 'menjaga' saja. karena pada akhirnya kita tak pernah tahu bukan, siapa jodoh kita yang sesungguhnya.
kali ini aku sedang bersemangat, melantangkan namamu dalam pekat malam. aku akan berusaha untuk tak terlalu akrab denganmu. karena aku ingin cintamu padaku diberikan secara lembut oleh Allah, bukan dihempaskan begitu saja.
jujur saja, aku bukanlah orang baik yang sudah mampu mencintai Allah dengan baik. karena aku sadar, duduk bersimpuh menghadap-Nya dengan keadaan lusuh akibat dosa saja rasanya tak pantas, apalagi ku minta kau dengan paksa. Tidak sayagku, ini bukan caraku. aku tahu bagaimana adabku untuk memint pada Tuhanku,  bagaimana cara terbaik menghadapkan diri padanya. ke sesama manusia saja ada norma dan nilai yang harus kita patuhi, apalagi dengan Tuhan pencipta nilai dan norma itu sendiri?
Sayang, waktuku berkutat padamu sudah terlalu lama. aku sudah hafal sekali titik dimana kau selalu merindukanku, membutuhkanku, bahkan mengabaikanku. aku lebih senang kau abaikan secara nyata, padahal dibelakang itu kau bisikan namaku untuk menjadi jodohmu pada-Nya.
aku percaya, Sayang. cinta ini akan terus tumbuh seiring dengan waktu yang menyatukan, seperti cinta kita dari dulu hingga saat ini. tapi yang aku butuhkan sekarang adalah Ridho-Nya untuk meridhoi kita, memudahkan jalan kita, dan menyatukan kita hingga jannah-Nya. maka, maukah kau berjuang bersamaku juga, menjadi yang terbaik untuk menempati posisi sebagai imamku kelak? menempati posisi sosok Ayah dari anak-anakku?
jangan pernah menyerah untukku, Sayang. karena aku tidak menyerah untukmu. aku akan terus mencoba untuk berusaha meski waktu kadang membuatku putus asa. ini hanya soal waktu dan ketetapannya. jadikanlah waktu kita adalah waktu yang bermanfaat sebelum dipersatukan. karena aku ingin dipersatukan dengan kasih sayangnya, bukan karena murkanya.
akhirnya, malam ini aku tetap rindu padamu, tapi aku tahu kemana rindu ini akan berlabuh. ya, dalam do'a-do'a malamku..

dsw
6/2/18