Rabu, 30 Maret 2016

Cinta angin pada sebuah titik api kecil

Aku rasa aku mulai redup, siapa yang akan menjagaku agar aku tak padam? Aku tdk bs berada dlm tempat tenang, aku aneh. Aku adalah lentera yg senang menantang keributan. Pada dasarnya aku rapuh, tapi aku selalu ingin bersama angin.

Sosok itu menjelma menjadi angin dan berkata:
Lalu bolehkah aku menjadi angin? Angin yang selalu memberikan ujian kepada sang lentera hanya karena ingin tahu betapa setianya lentera diterpa angin untuk menerangi dan menghangatkan orang yang dicintanya?

Aku selalu menantang sang angin sehingga berkata:
Jadilah angin yang selalu mengujiku. Jika aku tak padam, jangan sebut dirimu sebagai angin.

Tetapi entah mengapa angin menjauh dariku dan berkata:
Apa aku harus membuatmu padam agar aku tau siapa aku? Lebih baik aku pergi menjadi angin yang menghantarkan ombak menabrak karang. Memang sakit namun tidak lebih sakit dari memadamkan sebuah lentera.

"Aku bukan lentera biasa yang takut padam karena angin, aku selalu memuja angin dengan segala kehebatannya. Jika aku lihat diriku, siapakah aku? Aku hanya sebuah lentera dengan titik api kecil. Aku selalu senang berada dekat angin, karena dengan angin  aku diuji, dengan angin aku menjadi lebih kuat, dan dengan angin aku tau siapa diriku." Teriakku dari tempat ini karena aku sadar aku hanyalah sebuah titik api kecil yang tak bisa berlarian bersama angin.

lalu sang anginpun kembali, dia tersenyum kepadaku.

Mungkin sang angin telah jatuh cinta kepada sebuah titik api kecil ini. Rasanya mustahil angin dapat bersatu dengan api.

Angin maafkan aku telah menguji kesabaranmu untuk selalu mengujiku.
Angin maafkan aku telah membuatmu menjaga agar aku tak pernah padam.
Angin maafkan aku telah membuat engkau menangis saat aku mulai redup jika tak sengaja engkau lewat didekatku.
Angin  maafkan aku yang tak pernah bisa berlari bersamamu melayang diudara.
Angin maafkan aku karena aku hanyalah sebuah lentera.

Angin.. jaga dan lindungi aku, aku masih ingin terus berpijar.. suatu saat aku akan padam, tapi pada saatnya aku akan bersinar lebih terang karena dirimu, wahai angin..

Minggu, 13 Maret 2016

Batu


Disini, aku mengeras dalam batas angan
Bukan hanya angan tapi juga yang lain
Seorang sosok yang pernah aku kagumi
Membatu dan menjadikanku pilu

Jangankan untuk bangkit
bernafaspun aku sulit

Dalam ketenangan ini aku memberontak
Seperti malam mengalahkan senja
Lilin padam akupun gelap
Aku hidup bagaikan mati

Jangankan untuk bangkit
Bernafaspun aku sulit

Jalan apa yang kini aku lewati?
Terseok! Merangkak! Berdarah!
Akupun tak merasa.
Aku hanya merengek pada Tuhan!

Jangankan untuk bangkit!
Bernafaspun aku sulit!

bukan lagi batu yang kini menyandungku
Hanya sebuah kerikil kecil yang pantasnya ku hempas
Aku berterimakasih pada Tuhan..

Aku bisa bangkit...

-dsw-

Sabtu, 12 Maret 2016

Jari jemari

Pada saatnya aku akan mengagumi sepasang tangan, yang membuat aku jatuh cinta dengan keindahan jari-jemarinya. Yang menggenggam aku erat dalam semua rasa.

Sajak ini bukan sajak.

Sebab ini adalah ungkapan seseorang yang pernah melepaskan genggaman indah jemari seseorang.

Sajak ini bukan sajak.

Hanya ungkapan rindu akan genggaman jari-jemari indah.

Sajak ini bukan sajak.

Karena aku adalah pengagum keindahan jari-jemari.

                                          🔺  -dsw- 🔺